KeuanganOnline.id-Wonosobo Masyarakat Dusun Kalisuren, Kertek hari ini memperingati Haul Almaghfurlah simbah Kiai Umar Mutawali yang digelar ditengah suasana new normal. Biasanya haul diselenggarakan dengan pengajian massal di masjid setelah ziarah, tapi kali ini cukup dengan mengkhatamkan Al-Quran di maqbarah. Tanpa mengurangi kekhusyuan dan kekhidmatan haul.
Bagi masyarakat Kalisuren, Kiai Umar yang diperingati haulnya setiap tanggal 13 Dzulhijjah adalah sosok yang luar biasa. “Diantara keistimewaan Kiai Umar adalah tidak pernah batal wudlu. Keistiqamahannya menjaga wudlu sehingga dia selalu dalam keadaan suci dari hadats, juga najis dan kotoran. Mungkin kalau hidup di masa newnormal saat ini, dia-lah orang yang paling sesuai dan memenuhi dengan standar protokol kesehatan yang ditetapkan pemerintah”, terang Idham Cholid, salah satu cicit Kiai Umar.
Idham yang juga dikenal sebagai Sang Penggerak dikalangan aktifis pergerakan menjelaskan bahwa karena selalu berwudlu itulah Kiai Umar disebut dengan mutawadli yang dengan mudah dilafalkan dengan mutawali. Nama ini kemudian populer sampai saat ini, Kiai Umar Mutawali.
Jika dirunut, Kiai Umar Mutawali bersilsilah sampai HB-2. Dia putera Kiai Soleh (Sigedang, Kejajar) bin Kiai Sirajudin (Windusari, Magelang) bin Kiai Muhammad Nur atau dikenal dengan Kiai Landamdari, bin Kiai Nur Iman, Mlangi Jogja. Dari sinilah silsilahnya sampai ke HB-2.
“Salah satu istri Kiai Umar Mutawali adalah Nyai Kustantiyah, putri KH. Raden Abdul Fatah, Sigedong, ulama perintis pondok pesantren di Wonosobo, yang pada tahun lalu haulnya yang ke-112 digelar di alun-alun Wonosobo dan dihadiri KH. Ma’ruf Amin”, jelas Idham yang punya kedekatan khusus dengan Wakil Presiden RI tersebut
Tiga putra Kiai Umar yang cukup menonjol: KH. Chumaidi, Kiai Fahrudin dan Kiai Dalhar.
Cucu Kiai Chumaidi yang kiprahnya sangat menonjol saat ini yaitu Saat Suharto bin KH. Ahmad Amjad, atau yang populer dipanggil Pak Saat, perintis RS PKU Muhammadiyah Wonosobo.
Adapun cucu Kiai Fahrudin yang saat ini masih berkiprah di panggung politik adalah Gus Ahmad Muhammad bin KH. Subromalisi, Ketua Baleg DPRD Kabupaten Wonosobo, juga Ketua DPC Partai Hanura.
Sedang Kiai Dalhar menurunkan putra ulama kharismatik, alm. Kiai Nashir Dalhar, Tieng Kejajar, yang akrab dipanggil Mbah Nashir.