Jakarta—Perubahan iklim telah mengakibatkan berbagai dampak negatif terhadap ekosistem dan kehidupan manusia. Salah satu issue yang jarang mendapat perhatian ialah penurunan muka tanah dan kenaikan muka air laut yang akan mempercepat tenggelamnya sejumlah titik di Jakarta.
Ketua Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim PW NU DKI Jakarta (LPBI PW NU DKI) Laode Kamaludin mengatakan, proyeksi terendamnya beberapa lokasi di Jakarta terjadi akibat tiga faktor utama, yakni perubahan iklim yang mengarah pada kenaikan muka air laut, laju penurunan muka tanah (land subsidence), dan kondisi lokal setempat.
“Jika proyeksi hanya difokuskan pada akibat perubahan iklim semata, maka dampak yang dihasilkannya tidaklah terlalu berat. Tetapi jika dua faktor itu bergabung menjadi satu dan berlangsung bersamaan dan terus menerus maka akan memberikan dampak yang sangat serius. Ini bukan main-main,” kata Kamal kepada wartawan di Jakarta Kamis (7/10/2021).
Kamal mengingatkan, dampak serius perubahan iklim tersebut mesti lekas ditanggapi dan ditanggulangi oleh semua elemen. Dia menekankan itu karena melihat belum kompaknya pemangku kepentingan di Pusat dan di DKI Jakarta soal bagaimana menanggulangi dampak tersebut.
“Kementerian PU merekomendasikan agar mengurangi penggunaan air tanah di Jakarta. Tetapi stakeholder Pemprov DKI sepertinya masih keberatan. Jika hal semacam ini tidak diselesaikan, jelas tidak ada titik temu untuk menanggulangi ancaman Jakarta tenggelam,” ungkapnya.
Sebagai langkah antisipatif, LPBI PWNU DKI Jakarta juga memperingatkan kepada sekitar 230 apartemen serta gedung-gedung dan mall-mall di Jakarta yang masih menggunakan sumur tanah untuk beralih ke jaringan air PAM.
“Ini penting karena pengeboran air tanah secara massif oleh apartemen-apartemen di Jakarta turut menyumbang naiknya muka tanah di Jakarta,” tegas Kamal.
Menyikapi permasalahan itu, Kamal mengungkapkan bahwa Santri Siaga Bencana akan menggelar aksi simpatik dengan menggelar spanduk pada 23 Oktober mendatang untuk meminta apartemen, gedung dan mall di Jakarta menghentikan penggunakan air tanah. (*)