
Oleh : Norhaifa, Alumni ULM
Beberapa waktu lalu kita mendapat kabar gembira Universitas Lambung Mangkurat (ULM) resmi menyandang gelar sebagai Perguruan Tinggi Negeri-Badan Layanan Umum (PTN-BLU). Ini merupakan diskursus lama dan di nanti-nantikan oleh banyak pihak khususnya sivitas akademik di lingkungan ULM.
Tepat pada momentum Pemilihan Rektor (Pilrek) tahun 2018 lalu, didorong oleh keinginan dan kebutuhan kepemimpinan, rektor yang baru saja terpilih kala itu prof Sutarto Hadi, membulatkan tekad untuk segera menjadikan ULM dari universitas dengan Status Satuan Kerja (Satker) menjadi universitas dengan status Berbadan Layanan Umum (BLU) menyusul Unmul yang telah mendapatkan status BLU nya terlebih dahulu.
Hampir empat tahun berlalu, tentu ini menjadi penantian penting sekaligus panjang. Sebagai kampus tertua di Kalimantan, akhirnya ULM telah resmi menyandang status ini dimulai sejak 14 maret 2022 ini selaras dengan kebijakan mas Menteri Nadiem Makarim tentang merdeka belajar kampus merdeka PTN didorong untuk menjadi PTN-BH sebagai kampus paripurna dalam pengelolaan keuangan secara penuh dan mandiri dalam artian yaitu lembaga pendidikan bersifat nirlaba, atau tidak berorientasi kepada profit.
Semua profit yang dihasilkan dari penyelenggaraan pendidikan akan dikembalikan lagi ke tri dharma perguruan tinggi, entah untuk penelitian, menghasilkan intelektual properti, atau pun pengabdian kepada masyarakat.
Tantangan yang akan di hadapi oleh universitas lambung mangkurat sebagai PTN-BLU tentu tidak sedikit. Dari banyak percakapan persiapan dan realisasi setidaknya ada tiga tantangan yang sudah menunggu di depan mata. Pertama, Sumber Daya Manusia (SDM). Soal SDM menjadi penting karena di perlukan pimpinan BLU yang sesuai dengan standar kompetensi, yang akan memilih operator, dan pejabat keuangan. Pimpinan BLU sudah selayaknya memiliki kemampuan manajerial yang kuat dan mumpuni dalam kepemimpinan organisasi dan pengelolaanya.
Kedua, proses pengelolaan. Yaitu mengenai proses pengajuan anggaran, realisasi angaran, dan sumber dana BLU itu sendiri yang tergantung terhadap kebijakan kampus masing-masing. Di sini ULM sangat memerlukan pemimpin yang berkarakter wirausaha dan mempunyai jaringan kerja yang luas, dan bersinergi terhadap semua pihak baik internal maupun eksternal yang saling menguntungkan, terlebih lagi mampu menciptakan ekosistem studentpreneur guna pertumbuhan ekonomi dalam memanfaatkan pangsa pasar kampus.
Ketiga, Standar Pelayanan Minimal. Ketika kampus diangkat sebagai BLU, tantangan terpenting yang mesti di desain sejak awal adalah gambaran, (pelayanan umum) apa yang akan diberikan kepada publik sebagai suatu bentuk pelayanan institusi memberikan pelayanan yang tidak berbelit-belit, menghindari kerumitan birokrasi yang telah menjadi momok dalam pelayanan public di kampus.
Justru kampus mesti nya menghadirkan pelayanan yang fleksibel, efektif dan efesien. Agar memberikan kemudahan dan juga kepastian pelayanan birokrasi
Pemilihan rektor ULM
Tak terasa empat tahun berlalu menyisakan pekerjaan rumah yang belum kering. gemuruh pemilihan rektor pun mulai kembali menderu di jagat publik kampus, pilrek sudah diramaikan oleh sejumlah tokoh dan guru besar yang menyatakan kesediaanya sebagai calon rektor di kampus tertua di Kalimantan ini.
Menariknya, tantangan untuk menghadirkan kepemimpinan rektor ULM tidak hanya berkutat tentang kehebatan patron melainkan lebih mengerucut mengenai ikhwal gagasan dan visi misi sesuai dengan kebutuhan status baru kampus sebagai PTN-BLU. Ini lah point penting nya tentu publik akan lebih cermat menilai calon rektor tepat terhadap kebutuhan yang ada.
Calon rektor berdasarkan kapabilitas, kredibiltas tinggi, cakap dan memiliki pengalaman yang mumpuni serta sepak terjang yang telah ditorehkaan di masa lampau ini lah modal penting sebagai upaya untuk menemukan klik figure untuk memajukan almamter tercinta.
Akan ada beberapa pilihan kendati kita tetap berpegang pada harapan untuk lompatan maju universitas lambung mangkurat sebagai universitas maju dan terdepan di Kawasan Indonesia timur.