Angka kematian di Jakarta meningkat saat ini bukan hanya karena Covid19 saja, tapi juga karena faktor kelaparan yang merajalela. Berdasarkan info Kepala Dinas Pertamanan dan Hutan Kota DKI Jakarta, Siti Marsitawati menyebutkan pertanggal 30 Maret 2020 sebanyak 283 jenazah karena Covid-19, selang seminggu kemudian 6 April 2020 kemaren, meningkat sebanyak 639 jenazah karena Covid.
Total secara keseluruhan terjadi 4.400 jenazah antara terkena Covid19 dan non Covid-19. Dan kita bisa liat presentasinya lebih banyak yang meninggal karena lain hal ketimbang karena Covid-19 di Jakarta.
Dan saya melihat sampai hari ini, masih banyak rakyat miskin kota di Jakarta yang tidak mendapatkan Bansos dari Pemerintah. Entah karena namanya tidak terdeteksi atau mungkin bansosnya sudah diberikan tapi proses pemberiannya tidak tepat sasaran. Di sisi lain, berharap persoalan itu bisa dievaluasi dan Pemerintah bisa segera mendistribusikan kembali bansosnya secara adil dan merata serta tidak salah sasaran lagi.
Perihal ekonomi adalah hal sakral dan pasti outputnya akan bersangkut ke persoalan kematian. Karenanya subsidi harus juga diutamakan layak kita menjaga kesehatan.
Pemerintah jangan cuman memikirkan persoalan antisipasi rakyat bebas dari Corona saja, tapi juga difikirkan agar “Rakyat Bebas dari Kelaparan atau Kemiskinan” Keduanya harus benar-benar berjalan seimbang, jangan sampai ada yang metitik beratkan disalah satunya. Terlebih Presiden Joko Widodo dibeberapa waktu yang lalu juga pernah menyuarakan ini, soal sosial ekonomi dan sosial kesehatan.
Melihat bahwa ada keresehan masyarakat yang demikian, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia, Universitas Islam As-Syafi’iyah, Cabang Jakarta Timur (PMII UIA JAKTIM) akan kembali melakukan Gerakan Sosial dengan membagikan nasi bungkus untuk berbuka puasa sekaligus masker gratis kepada masyarakat yang terpinggirkan. Rencana gerakan itu pada hari ini 10 Mei 2020, tapi karena situasi tidak memungkinkan untuk bergerak, Gerakan Sosial tersebut kami undur pada17 Mei mendatang.
Gerakan sosial ini adalah intrpretasi dari makna Pergerakan itu sendiri, sekaligus itung-itung ikut serta bantu meringankan beban Pemerintah. Di sisi lain gerakan sosial ini adalah inspirasi yang lahir murni dari dirinya.
Semua bermula saat ia mendapat subsidi dari Kemendikbud pada 3 minggu lalu, dimana satu bulan yang lalu saat PSBB baru mulai-mulai diterapkan di Jakarta.
Informasi dari seorang teman untuk mengisi quesioner yang dibuat okeh Kemendikbud, karena si teman ini mungkin tau, kalo selain saya berstatus mahasiswa, saya juga berstatus sebagai pekerja seni. Singkat cerita, saya isilah quesioner itu.
Dalam perjalanannya Rangga berjanji, “jika nanti saya mendapatkan subsidi ini, saya akan sisihkan 80% nya untuk siapapun yang lebih membutuhkan”. Ternyata pada dua minggu setelah saya mengisi quesioner tersebut, saya dikabarkan oleh Disbud bahwa nama saya masuk ke dalam penerima subsidi. Esoknya saya ambil lah subsidi tersebut, kebetulan bentuknya sembako. Yaudah langsung saya konsumsi sesuai dengan janji saya.
Rangga berharap yang Kemendikbud lakukan itu, bisa menjadi inspirasi untuk para mentri-mentri yang lainnya agar bisa berbagi juga terhadap sesama. Terlebih kita tau, Pandemi adalah masalah yang besar. Ia juga meminta supaya bansos cepat dan tepat diberikan kepada yang membutuhkan. Enggak pake salah sasaran lagi juga pastinya.
Penulis: Erlangga Abdul Kalam
Ketua Komisariat PMII UIA Jakarta Timur