
Tarian Kolosal Musikal Pesona Seni Lumpur Taliwang yang pernah ditampilkan oleh 400 an orang pada HUT Kabupaten Sumbawa Barat yang ke 16 di Arena Barapan Kerbau Bentiu Kelurahan Bugis kecamatan Taliwang Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat tersebut menampilkan tarian Barapan Kebo, tarian Barinas dan tarian Kolong. Tarian yang berhasil memukau para tamu yang hadir dari berbagai daerah di Indonesia.

Selain itu Konser Musik Sasai Lema Basai atau meramu menjadi satu, Gong Genang, dan Rebana Kebo yang merupakan semangat kebersamaan, sakeco dalam harmoni nada serunai, serta dentuman gong membawa para tamu dalam kesatuan alunan kolaborasi musikal lintas generasi.
Ribuan tamu undangan datang dan menyaksikan Tarian yang menyuguhkan tradisi dan kebiasaan masyarakat Sumbawa Barat yang dituangkan melalui seni gerak yang disutradarai oleh Dr. Eko Suprianto, Koreografer Eko Supendi dan Komposer Gondrong Gunarto, para tokoh seni dari Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta.

Tidak seperti biasanya, sangat istimewa ketika semua pengunjung mengenakan busana tradisional Sumbawa. Para pria mengenakan baju Lamung. Semacam jas yang dilengkapi Saluar Belo, Pabasa Alang, dan Sapu sebagai penutup kepalanya.
Sedangkan para wanita mengenakan Lamung Pane dengan kombinasi Tembe Lompa. Lamung Pane sejenis kebaya berlengan pendek. Busana ini dilengkapi Pending, Sapu Toa, dan asesoris lainnya. Para gadis yang belum menikah biasanya mengenakan kerudung.
.jpeg)
Tidak hanya busana. Ciri khas Sumbawa semakin terasa dengan bangunan yang terbuat dari bambu dengan atap daun kelapa. Dan masyarakat di sini tetap melestarikan seni dan budayanya.

Seni Lumpur Taliwang sebuah penciptaan seni pertunjukan dalam bentuk karya tari kolosal, sebagai narasi baru sebuah perspektif tentang bagaimana melihat keindahan potensi dan sumber daya alam yang dimiliki Kabupaten Sumbawa Barat. Keindahan alam yang dikolaborasikan dengan imajinasi potensi seni dan budaya lokal. Berangkat dari kesenian Sakeco, Tari Kolong dan Barinas, Barapan Kebo, dan musik adalah kekayaan budaya lokal yang menjadi sumber penciptaan karya.
Tari Pesona Lumpur Taliwang bercerita tentang kisah cinta para muda mudi Sumbawa Barat. Dari lintasan Barapan Kebo, mereka melanjutkan hubungannya ke tahap serius. Tapi, orang tua sang gadis tidak menyetujui hubungan percintaan tersebut.
Cerita itu lalu dikombinasi dengan 4 tarian khas Tana Sumbawa, seperti Tari Barapan Kebo, Kolong, Benteng Berinas, dan Kareng. Total 500 penari dan pemusik terlibat dalam show kolosal Pesona Lumpur Taliwang.
Dirjen Kependudukan dan pencatatan Sipil Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Zudan Arif Fahkrulloh yang hadir dan menyaksikan langsung
Sementara itu, Bupati Sumbawa Barat, H. W Musyafirin mengucapkan terimakasih kepada Rektor ISI Surakarta yang ditugaskan untuk melakukan explorasi dan melakukan pengembangan budaya lokal secara holistik di Sumbawa Barat.
“InsyaAllah maha karya ini akan menjadi spirit, landasan dan objek yang sangat besar daya gunanya bagi KSB bangkit bersinergi dan berbudaya,” kata Musyafirin.

Ibarat manusia, maka KSB saat ini adalah usia transisi ke alam kedewasaan, dan karena alasan ini pula spirit masyarakat KSB harus diperkuat dan dikembalikan ke akar budayanya.
Bupati pun mengingatkan rakyat KSB dengan pesan orang tua terdahulu, yakni lagi ujan barat siwa, lamen salah si panyomo, mu kenang bajarep no kawan. mana si ka adal subuh, lamen iya mo panyomo, mu kenang maning kawan si. Artinya walaupun hujan lebat membawa air melimpah ruah, tetapi kalau pengelolaan tidak baik dan benar maka untuk cuci muka saja tidak mencukupi. Sebaliknya walaupun tetesan embun di dini hari airnya sangat sedikit tetapi kalau pengelolaannya baik dan benar maka untuk mandi pun bisa cukup.
‘’Itulah sebetulnya di antara saripati budaya yang membimbing kita untuk senantiasa bersyukur dan selalu bersyukur, kemudian bekerja dengan mengedepankan mental Ikhlas, Jujur, dan Sungguh-Sungguh, untuk bersama-sama, bergotong-royong, kerja bersama atau bersinergi membangun Sumbawa Barat,” kata Bupati.