Jakarta – Dalam rangka memperingati Hari Lahir Pancasila yang jatuh pada 1 Juni, Forum Intelektual Muda adakan dialog kebangsaan dengan mengusung tema Hari Lahir Pancasila & Ancaman Polarisasi Menjelang 2024 (Senin 30 Mei 2022). Dengan mengundang beberapa tokoh penting di Republik ini diantaranya Direktur Lembaga Pemilih Indonesia Boni Hargens, Ketua Kopri PB PMII Maya Muizzatil Lutfillah, dan Jubir Muda PAN Febry Wahyuni Sabran.
Muhammad Sutisna selaku Co Founder Forum Intelektual Muda sekaligus pemandu diskusi, pada saat dihubungi awak media mengatakan penting bagi kami mengadakan dialog ini, apalagi dalam rangka Hari Lahir Pancasila merupakan momentum bagi kita semua untuk merekatkan urat kebangsaan yang kian kendor akibat suhu politik dari waktu ke waktu.
Sutisna juga mengungkapkan sebagai anak bangsa penting bagi kita semua untuk sama sama ambil peran menghindari disintegrasi bangsa.
“Bila mengutip pernyataannya Almagfurllah Buya Syafii Maarif yang mengatakan bahwa generasi masa mendatanglah yang diharapkan lebih stabil dan lebih arif dalam membaca politik Indonesia yang sarat dengan dendam kesumat,” ujar Sutisna.
Dialog tersebut diawali dengan penyampaian yang dipaparkan Oleh Maya Muizzatil Lutfillah selaku Ketua Kopri PB PMII menegaskan betapa pentingnya gerakan perempuan agar lebih mewarnai dinamika politik menjelang Pilpres 2024. Karena bila melihat selama ini, perempuan hanya dijadikan pemanis saja tanpa ada keterlibatan langsung di garda terdepan. Apalagi perempuan juga memiliki peranan untuk bisa menghentikan arus polarisasi yang semakin mengkhawatirkan.
Sementara itu, Jubir Muda PAN, Febri Wahyuni Sabran selaku menegaskan kembali apa yang dikatakan oleh narasumber sebelumnya terkait kerja kerja kebangsaan yang kerap dilakukan para politisi perempuan yang harus lebih dimassifkan lagi.
Uni Ebi sapaan akrabnya mengungkapkan bahwa saat ini era kompetisi sudah beralih dengan kolaborasi yang dimana semua kebijakan ataupun lainya dapat secara cepat di dapat bila kita bergandengan tangan.
“Melihat dari pemilu ke pemilu sebelumnya pembelahan di masyarakat atau polarisasi sangat banyak dampak yang di timbulkan terutama di sisi psikogi maka dari itu generasi muda saat ini hendaklah mengantisipasinya,” katanya.
Di sisi lain, Direktur Lembaga Pemilih Indonesia, Boni Hargens mengatakan polarisasi terbentuk dari golongan golongan yang berniat tidak baik pada negara dengan memecah beleh persatuan dengan momentum pemilu maka negara harus hadir dengan memberikan ruang – ruang diskusi yang demokrasi agar ancaman polarisasi dapat di hindari.
“Serta peran perempuan sangat penting agar menjadi harmonisasi negara dalam membuat suatu kebijakan,” tutur Boni.
Dalam diskusi tersebut juga berjalan dengan dinamis, karena para peserta turut aktif bertanya dengan menyampaikan keresahannya seperti masalah radikalisme serta menyoroti kelompok intoleransi yang kerap membuat keriuhan disetiap momentum politik. “Sehingga penting bagi kita semua untuk bisa mendeteksi segala ancaman yang bisa menganggu disintegrasi bangsa,” tutup Sutisna.