Jakarta – Pertamina diduga terus menerus mengalami kerugian dan krisis dikarenakan orang-orang yang mengambil kebijakan strategis di perusahaan pelat merah itu tidak nasionalis.
Hal itu disampaikan Ketua Bidang Aksi Pelayanan BPC GMKI Jakarta Riswan Siahaan, saat bicara dalam Diskusi Publik bertema Nasionalisme Kekinian Bagi Kaum Muda, yang diselenggarakan oleh Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia Cabang Jakarta (GMKI Jakarta), via zoom meeting.
“Saat ini, Pertamina sedang digoncang bertubi-tubi akibat kerugian mencapai Triliun Rupiah. Kondisi hari ini ditambah dengan adanya Covid-19 yang menghantam Indonesia. Sudahkah kita sadar bahwa banyak manusia kasat mata yang alih-alih menyelamatkan diri sendiri, tapi malah mengorbankan dirinya untuk kepentingan hajat masyarakat banyak. Banyak juga yang tidak nasionalis yang menduduki posisi strategis,” tutur Riswan Siahaan.
Dia mengatakan, volume penjualan Bahan Bakar Minyak (BBM) yang turun drastis hingga 26% dan dibeberapa daerah yang menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), pernah mencapai 50% sejak pandemik Covid-19.
Kemudian, nilai tukar Rupiah yang melemah, menyebabkan tekanan finansial karena pembelian bahan mentah dengan dolar Amerika. Namun pendapatan dalam Rupiah hingga harga minyak mentah Indonesia turun ke level terendah dalam sejarah, menyebabkan terganggunya cashflow.
Dalam suatu perusahaan merugi adalah hal biasa. Itulah risiko dalam kegiatan ekonomi, tidak selalu perusahaan selalu mendapatkan keuntungan.
“Jadi rugi itu adalah hal wajar, sehingga perlu dipecut dengan pembenahan sampai keakar-akarnya. Ditambah lagi, ini usaha milik negara,” ujarnya.
Kondisi ini, juga terjadi dihampir seluruh negara di dunia. Meskipun dalam keadaan merugi, Pertamina patut berbangga, karena apabila dibandingkan dengan perusahaan migas lain, yang memiliki total asset mendekati Pertamina, kerugian Pertamina jauh lebih kecil.
“Dengan kondisi penuh ujian, dengan kondisi merugi, Pertamina memastikan ketahanan energi Indonesia terjaga. Pertamina tetap menjalankan tugas membangun dan mengembangkan kilang-kilang dengan investasi besar agar tercapainya Ketahanan Energi Indonesia di masa mendatang,” ujarnya.
Di masa sulit ini, kata Riswan, Pertamina mempertahankan 1,1 juta pekerjanya tetap aman dan terjamin dari serangan pandemic Covid-19.
Kemudian, Pertamina malah mengeluarkan bantuan yang mencapai 850 miliar rupiah melalui program Pertamina Peduli untuk membantu Indonesia dalam penanganan Covid.
Belum lagi aset-aset Pertamina disulap menjadi Rumah Sakit Siaga Penanganan Covid. Seluruh dokter, perawat dan tim medis dilingkungan Pertamina diserahkan untuk mendukung Program Pemerintah demi penanganan covid yang baik.
“Harus kita apresiasi juga kinerja Pertamina dalam kontribusi di negeri ini. Tunjukkan semangat Nasionalisme kita dalam mendukung perusahan Negara sendiri,” ujar Riswan.