Jakarta – Upaya peningkatan kinerja neraca perdagangan Indonesia menghadapi sejumlah tantangan. Tantangan datang dari situasi global seperti melemahnya prospek pertumbuhan ekonomi, permintaan global, risiko meluasnya dampak coronavirus, perang dagang serta gejolak geopolitik lainnya.
Pemerintah mengeluarkan sejumlah strategi, salah satunya adalah dengan mendorong ekspor melalui insentif dan fasilitas perpajakan sehingga dapat meningkatkan daya saing produk dalam negeri, dan mengurangi defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD).
Sebagaimana diketahui, penurunan pertumbuhan ekonomi Tiongkok sebesar 1% berdampak ke Indonesia 0,3% – 0,6% sehingga berpengaruh terhadap kinerja pertumbuhan ekonomi dan sektor-sektor terdampak seperti akomodasi, transportasi, retail, dan manufaktur. Sehingga Pemerintah memberi dukungan berupa insentif fiskal untuk mendorong investasi dan ekspor.
“Kalau monetary policy sudah melakukan relaksasi, kami di fiskal mencoba menginjeksi ekonomi melalui APBN tapi di sektor perdagangannya jangan under estimate.The power of Kementerian Perdagangan sangat powerful. Ini tentu saya berharap Kementerian seperti Kementerian Perdagangan menjadi leading sector Kementerian yang memimpin untuk memperbaiki competitiveness,” ujar Menkeu Sri Mulyani Indrawati di ruang Timor Hotel Borobudur pada Kamis (05/03).
Kemenkeu juga bersinergi dengan Kementerian Perdagangan untuk menjaga kinerja ekspor melalui kebijakan fiskal yang bertujuan mendukung pertumbuhan jangka panjang, diversifikasi produk, dan perluasan pasar ekspor.
“Kita melihat dan harus mengakui bahwa sektor-sektor yang menghasilkan barang, baik untuk konsumsi dalam negeri maupun untuk ekspor mengalami tekanan yang tidak mudah. Inilah alarm yang harus kita dengarkan dan kemudian kita harus bereaksi dengan policy yang baik.,” pungkas Menkeu. (ip)