BANJARMASIN, Keuanganonline.id – Sebagai Koordinator Biro Dakwah dan Kajian Keagamaan di PC PMII Banjarmasin sosok Muhammad Rasad, juga mahasiswa Pascasarjana Universitas Islam Negeri Antasari juga merupakan Imam di Masjid Al Ikhwan di Veteran. Sebagai seseorang organisatoris yang bergerak di organisasi keagamaan menurutnya pun tidak merasa ia yakin. Namun tak menyangka, pengalaman-pengalamannya tersebut bisa membawanya ke Uni Emirat Arab.
Ya, Muhammad Rasad. terpilih dari 550 pendaftar se-Indonesia, untuk menjadi imam tetap di negeri kaya minyak tersebut. Meski belum keluar pengumuman resmi, kabar gembira tersebut didapatnya usai dihubungi panitia.
“Ya, saya kemudian diminta untuk mengisi formulir, untuk dikasihkan ke panitia seleksi dari Uni Emirat Arab,” ceritanya saat dihubungi Humas, Jumat (31/05/2023).
Pemberitahuan ini didapatnya, setelah lulus tahap akhir sesi wawancara berbahasa Arab di Jakarta, akhir pekan kemarin. Di sana, ia diuji kualitas bacaan, hingga dites sambung ayat sebanyak tiga kali.
“Kenanya Surah Yunus, At-Talaq, dan Surah ‘Abasa,” ungkap lulusan Program Khusus Dai Prodi Bimbingan Penyuluhan Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FDIK) tersebut.
Selama berkiprah menjadi imam di Masjid Al Ikhwan, Rasad juga mendirikan Tahfidz Qur’an Al Ikhwan di masjid itu.Ayah satu anak yang sudah hafal 30 juz Al-Qur’an tersebut, sebelumnya merupakan santri Tahfidz Al-Qur’an Darussalam Kota Martapura, Kabupaten Banjar, Kalsel.Ia mengenyam pendidikan sekitar 10 tahun dan lulus di usia yang terbilang masih belia, yakni 16 tahun.
Awalnya ia mengaku ragu untuk meneruskan ikut seleksi, lantaran masih berkuliah di S-2 Hukum Keluarga. Namun saat melihat tingginya semangat peserta lain, ia pun memantapkan niat dan serius menjalani seluruh rangkaian ujian.
“Mama saya juga sempat kurang setuju. Kata beliau orang tua sudah pada tua, masa anaknya pergi jauh bekerja. Akhirnya setelah saya lakukan pendekatan, menyampaikan motivasi untuk terus belajar di sana, sekaligus kalau-kalau ada kesempatan naik haji lebih cepat, beliau pun meridai,” sebut putra ketujuh dari delapan bersaudara tersebut.
Pendiri Taman Tahfiz Al-Ikhwan Jalan Veteran ini mengakui, banyak pengalaman dan pembelajaran yang didapatnya selama di UIN Antasari dan Pengabdian di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia telah mengantarkannya lolos seleksi ke luar negeri. Di antaranya dilatih menjadi imam di masjid-masjid masyarakat.
“Alhamdulillah sangat menunjang atas perkembangan diri hingga hari ini. Seperti pernah ditempatkan menjadi imam masjid di Kompleks Joko, dekat dengan rumahnya Pak Sagir, Dekan FDIK sebelumnya,” jelas M. Rasad.
Ayah satu anak kelahiran Kuala Kapuas Oktober 1994 ini sekarang menetap di dekat Masjid Al-Ikhwan di kawasan Veteran, mengajar generasi muda untuk menjadi penghafal Al-Qur’an, dan sekaligus memotivasi pemuda lainnya, agar jangan mudah jatuh dari kegagalan.
“Ibaratnya jangan kecewa dalam kegagalan. Dari pengalaman ulun, yang walaupun jatuh sejatuhnya, bisa menjadi motivasi untuk melompat lebih tinggi,” pungkas Muhammad Rasad.