
Menteri Dalam Negeri Turki Suleyman Soylu, mengatakan bahwa Turki sedang mempersiapkan sebuah kasus di Pengadilan Hak Asasi Manusia Eropa tentang perlakuan Yunani terhadap para migran, menuduh pasukan Yunani melukai 164 orang dan mendorong hampir 5.000 orang ke Turki.
Para migran banyak dari mereka berasal dari Afghanistan dan Pakistan serta Suriah dan negara-negara Arab lainnya berkerumun di tenda-tenda dan kamp-kamp sementara di sisi perbatasan Turki, situasi di perbatasan Kastani tenang pada hari Kamis (05/02). .
Para migran yang tiba di Yunani secara ilegal setelah 1 Maret akan dipindahkan ke kota Serres di utara dan dideportasi kembali ke negara mereka sendiri, kata Menteri Migrasi Yunani Notis Mitarachi pada Rabu malam (4/3).
“Tujuan kami adalah mengembalikan mereka ke negara mereka,” katanya kepada Athens News Agency.
Mitarachi juga mengatakan para migran yang memasuki Yunani sebelum 1 Januari 2019, dan tinggal di pulau-pulau Aegean akan dipindahkan ke daratan dalam beberapa hari mendatang.
Athena mengumumkan pada 1 Maret mereka tidak akan menerima aplikasi suaka baru selama sebulan setelah penumpukan migran di perbatasan. Ini telah memicu kritik dari lembaga-lembaga hak asasi manusia.
Kini kondisi Laut Aegea tetap berombak pada hari Kamis dan tidak ada penampakan lebih lanjut dari perahu yang membawa migran ke Lesbos dan pulau-pulau Yunani lainnya dari pantai Turki di dekatnya.
Lesbos telah menampung lebih dari 20.000 pencari suaka, banyak dari mereka hidup dalam kondisi kotor di kamp-kamp yang penuh sesak
Yunani dan Uni Eropa menuduh Turki sengaja menyuruh para migran dan pengungsi untuk menyeberangi perbatasan sebagai cara menekan Brussels agar menawarkan lebih banyak uang atau mendukung tujuan geopolitik Ankara dalam konflik Suriah.
Erdogan membahas masalah migran dengan para pejabat senior Uni Eropa di Ankara pada hari Rabu, tetapi juru bicaranya mengatakan bahwa orang Eropa telah “tidak membuat usulan konkret” tentang bagaimana menyelesaikan krisis.
Perubahan kebijakan Ankara terhadap para migran di tanahnya terjadi setelah setidaknya 33 tentara Turki terbunuh oleh pasukan pemerintah Suriah yang didukung Rusia dalam serangan udara di Suriah.