Jakarta – Program Pendidikan Vokasi Universitas Indonesia,menggagas rancangan model pemeringkatan UMKM dalam rangka memperoleh penjaminan dan kredit perbankan.
Acara Focus Group Discussion (FGD) yang diselenggarakan pada tanggal 15-16 Desember 2023 di Jakarta tersebut, membahas mengenai pentingnya model aplikasi pemeringkatan kredit UMKM, tantangan yang dihadapi, dan solusi dan tindaklanjut yang dapat diimplementasikan.
Dede Suryanto, Tim Peneliti Vokasi UI menyampaikan, model aplikasi pemeringkatan kredit UMKM merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan akses pembiayaan UMKM.
“Model ini dapat digunakan oleh lembaga penjaminan dan perbankan atau lembaga pembiayaan untuk menilai kelayakan kredit UMKM”, ungkapnya di Jakarta pada Sabtu (23/12)..
Pemerataan pembiayaan UMKM merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan akses pembiayaan UMKM. Hal ini penting karena UMKM memiliki peran penting dalam perekonomian Indonesia.
“UMKM berkontribusi sebesar 61,07% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dan menyerap tenaga kerja sebesar 97,2%”, imbuhnya.
Dede menjelaskan, tantangan yang dihadapi dalam pengembangan model aplikasi pemeringkatan kredit UMKM antara lain ketersediaan data UMKM yang berkualitas, keahlian dalam analisis data dan regulasi yang mendukung, khususnya terkait kelembagaan pemeringkat yang harus berijin OJK.
“Hingga saat ini, akses pembiayaan UMKM masih belum merata. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain kurangnya literasi keuangan dan pemahaman UMKM tentang produk pembiayaan, persyaratan kredit yang ketat dari perbankan dan rendahnya nilai agunan yang dimiliki UMKM.
Model aplikasi pemeringkatan UMKM dapat menjadi solusi untuk mengatasi tantangan akses permodalan bagi UMKM dan dapat membantu lembaga penjaminan untuk menilai kelayakan penjaminan kredit UMKM secara lebih objektif dan transparan.
Berbagai faktor yang dapat digunakan dalam model aplikasi pemeringkatan kredit UMKM. Faktor-faktor tersebut antara lain profil usaha UMKM, seperti jenis usaha, omzet, dan profitabilitas, kemampuan keuangan UMKM, seperti kondisi keuangan, arus kas, dan utang, kualitas manajemen UMKM, seperti pengalaman dan keterampilan pengelola usaha.
“Model aplikasi pemeringkatan kredit UMKM juga mempertimbangkan faktor lain yang cukup penting yaitu aspek personality atau karakter pelaku UMKM yang diukur melalui tes psikomteri.
“Model dilengkapi juga dengan catatan historis kredit melalui SLIK dan hasil skoring lainnya”, lanjutnya.
Sementara Diding S. Anwar, pakar penjaminan kredit Indonesia yang juga ketua bidang penjaminan Risk Governance FIA UI, mengatakan bahwa model pemeringkatan ini memiliki parameter yang cukup komprehensif sehingga diharapkan memiliki akurasi yang lebih sesuai dengan profil risiko UMKM.
“Berharap aplikasi ini dapat mendorong para pelaku UMKM untuk memanfaatkan fasilitas penjaminan kredit baik yang bersifat cash loan maupun non cash loan”, harap Diding.