
Seminar CIPS Learning Hub Goes to Campus Digital Financial Center (DFC) Program Vokasi Universitas Indonesia Depok (12/9/24)
Jakarta– Seiring perkembangan teknologi di sektor keuangan dan perbankan berbagai lembaga keuangan dan fintech berlomba-lomba menawarkan produk layanan keuangan berbasis digital yang menyasar kalangan muda Gen Z, Digital Financial Center (DFC) Program Vokasi Universitas Indonesia menyelenggarakan seminar CIPS Learning Hub Goes to Campus yang bertajuk Wirausaha Muda yang Bijak Finansial di kampus Vokasi UI Depok pada 12 September 2024 lalu.
Kegiatan yang ditujukan untuk para wirausaha Gen Z kampus dan mahasiswa secara luas, dibuka oleh Project Director GIZ Jerman perwakilan Indonesia yang dihadiri oleh akademisi, pelaku bisnis dan mahasiswa program studi administrasi keuangan dan perbankan.
Dede Suryanto akademisi sekaligus pemerhati keuangan digital mengatakan, permasalahan di kalangan Gen Z tidak seddikit yang belum terliterasi keuangan dengan baik. Menurut data Survey Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) OJK tahun 2022, tingkat literasi keuangan di Indonesia masih cukup rendah yaitu 49,68%.
“Diperlukan program literasi keuangan yang menyasar masyarakat khususnya kalangan Gen Z yang memiliki populasi terbesar yaitu 74,93 juta jiwa”, ungkapnya.
Menurut Dede, beberapa masalah penting literasi keuangan di kalangan wirausaha Gen Z, yaitu pertama pengaplikasian literasi keuangan dalam kewirausahaan masih dinilai rendah.
“penguasaan literasi keuangan dalam kewirausahaan dapat membantu pelaku UMKM dalam mengelola keuangan lebih baik”, katanya.
Lanjut Dede, sebagai entrepreneur Gen Z dituntut untuk memiliki kemampuan literasi keuangan yang baik.
“Sayangnya, para pelaku UMKM khususnya di daerah tingkat literasi keuangan masih rendah. Rata-rata pelaku UMKM umumnya tidak memisahkan catatan antara keuangan usaha dan keuangan pribadi. Hal ini menimbulkan kesulitan untuk menilai apakah bisnis mereka berkembang atau tidak sehingga sulit mengukur keberhasilan usaha”, lanjutnya.
Dede mengatakan, literasi keuangan dimulai dari proses memahami produk keuangan yang ditawarkan, mengetahui fungsi dan manfaat produk serta memperhatikan aspek keamanan dalam penggunaannya.
“tidak kalah penting memastikan apakah produk keuangan yang ditawarkan tersebut telah memiliki ijin resmi OJK agar terhindar dari risiko yang tidak diinginkan di kemudian hari. Setelah dinilai aman dan dirasa bermanfaat baru produk keuangan tersebut dapat digunakan untuk keperluan sehari-hari”, imbuhnya.
Sementara itu, pelaku bisnis sekaligus Direktur Keuangan Nibras Corp, Zaki Jauhar menyampaikan, bahwa pengetahuan tentang manajemen keuangan penting dimiliki oleh wirausahawan, salah satunya untuk melakukan keputusan pendanaan.
“Pemanfaatan sumber dana melalui fintech harus dilakukan dengan perhitungan yang tepat agar tidak menimbulkan risiko keuangan pada bisnis mereka. Pelaku UMKM sangat rentan terjebak dengan penawaran pinjaman dana dari fintech dengan bunga tinggi yang tidak mereka sadari”, jelas Zaki.
Muhammad Nidhal peneliti CIPS menanggapi maraknya penawaran produk secara onlne di berbagai platform e commerce. Nidhal mengatakan bahwa menghadapi banyaknya tawaran promo pada platform market place dan medsos kerap membuat Gen Z berperilaku konsumtif, oleh karena itu pengendalian diri melalui pengaturan keuangan sangat diperlukan agar mencegah perilaku impulsive buying.
“Gen Z disarankan untuk menahan diri dari hasrat belanja, menahan beberapa saat setiap mendapatkan notifikasi sampai merasa yakin barang yang ditawarkan tersebut betul dibutuhkan”, ungkap Nidhal.
Nidhal menjelaskan, Gen Z disarankan sebaiknya membuat akun medsos khusus untuk belanja secara terpisah dari akun privat agar tidak dibayangi algoritma.
“Kunci pengendalian diri dalam pengelolaan keuangan yaitu membuat perencanaan keuangan yang baik sesuai dengan tujuan keuangan yang akan dicapai, terang Nadhil”, jelas Nidhal.
Menutup sesi diskusi interaktif dengan audiens, Dede yang juga Ketua Digital Center Vokasi UI menegaskan bahwa literasi keuangan menjadi tanggung jawab bersama baik pemerintah, dunia pendidikan, pelaku industri keuangan dan segenap elemen masyarakat sehingga butuh kolaborasi dan sinergi dari semua pihak.
“Literasi keuangan di kalangan Gen Z harus dilakukan secara cerdas dan mencerdaskan, dengan kata lain kalangan Gen Z harus memiliki kecerdasan finansial, cermat dan bijak dalam menggunakan berbagai produk keuangan digital dalam kehidupan sehari-hari”, pungkas Dede.