BANDUNG – Stok beras di Jawa Barat sampai akhir tahun ini mencapai 51.199 ton. Sehingga stok tersebut siap untuk dipasok untuk memenuhi kebutuhan beras nasional pada saat momen Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2022, terutama di wilayah Jabodetabek.
Berdasarkan data KSA BPS, produksi padi di Jawa Barat pada tahun 2022 sebanyak 9,58 juta ton gabah kering giling (GKG). Jumlah tersebut baik 5,02 persen atau 457.056 ton GKG dibanding tahun sebelumnya yaitu 9,11 juta ton GKG.
“Produksi padi tahun 2022 tersebut, setara beras sebesar 5,53 juta ton beras. Bila jumlah penduduk Jawa Barat saat ini berdasarkan Data BPS 2020 sebanyak 49,93 juta orang, dengan tingkat konsumsi beras 82,78 kg/kapita/orang/tahun, maka kebutuhan beras rakyat Jawa Barat sebanyak 4,13 juta ton, sehingga Jawa Barat masih surplus beras sebesar 1,39 juta ton beras,” kata Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Barat, Dadang Hidayat dalam keterangannya di Bandung, Minggu (25/12).
Dadang menjelaskan dari surplus beras Jawa Barat tersebut, tersebar di hampir semua Kabupaten/Kota serta kondisi stok beras saat ini sebesar 51.199,50 ton yang ada di penggilingan dan gudang pedagang. Stok beras ini mampu mencukupi kebutuhan Jawa Barat bahkan siap memasok wilayah DKI Jakarta dan provinsi lainnya.
“Bahkan penggilingan Jawa Barat menyatakan siap memasok beras ke Bulog pada awal Desember kemarin sebanyak 12.380 ton,” sebutnya.
Untuk mendukung stabilitas harga pada saat Natal dan Tahun Baru 2022, pihaknya terus memperlancar distribusi dari sentra produksi ke pasar.
Sementara itu, menurut Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi, upaya memperlancar alur distribusi tersebut merupakan intervensi pemerintah dalam menjaga stabilitas harga pangan saat Nataru 2022. Hal ini, kata Suwandi, sesuai dengan arahan Wakil Menteri Pertanian, Harvick Hasnul Qolbi. Sebab, kebutuhan pangan pada momen tersebut diperkirakan akan meningkat.
Suwandi mengatakan kenaikan harga beras terjadi dipicu oleh rantai pasok yang panjang. Oleh karena itu, intervensi distribusi ini diharapkan dapat mendekatkan beras petani langsung ke konsumen.
“Karena memang kenaikan harga beras saat ini diakibatkan rantai distribusi yang terlalu panjang. Sehingga diharapkan masyarakat bisa terbantu dan petani tetap bisa menikmati harga gabahnya,” ujarnya.