PONTIANAK – Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalimantan Barat, Florentinus Anum mengatakan menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2023, pihaknya melakukan pemantauan harga sembako di pasar.
Selain itu, Pemprov Kalbar terus memperlancar distribusi beras dari sentra produksi ke pasar sebagai upaya mendukung stabilitas harga.
“Pada saat Natal hingga Tahun Baru kami memantau harga harga sembako di pasar pasar, memperlancar distribusi dari sentra produksi ke pasar serta mendukung upaya upaya stabilitasi harga, sehingga stok beras di Kalbar dipastikan aman,” katanya, Senin (26/12/2022).
Provinsi Kalimantan Barat (Barat) sendiri saat ini memiliki stok beras sebanyak 10.955 ton dari produksi petani sendiri. Stok beras tersebut siap membanjiri pasar di Pontianak maupun wilayah lain guna memenuhi kebutuhan hingga Tahun Baru 2023.
“Sesuai data KSA BPS, produksi beras tahun 2022 sebesar 814.743 ton GKG (gabah kering giling) naik 102.845 ton GKG atau 14.45 persen dibandingkan tahun 2021. Kondisi stok beras saat ini 64.373 ton mencukupi untuk kebutuhan Kalimantan Barat sebesar 42.796 ton beras bahkan siap memasok wilayah lainnya. Waktu bulan lalu penggilingan menyatakan siap memasok beras ke Bulog sebanyak 5.850 ton,” ujarnya.
Florentinus menjelaskan keberhasilan produksi padi Kalbar ini karena berbagai upaya peningkatan produksi telah dilakukan melalui intensifikasi pertanian (Peningkatan indeks pertanaman (IP) 200, IP 300, bahkan IP 400). Antara lain, penggunaaan benih unggul/bermutu, pemupukan yang berimbang, pengairan yang baik, pengendalian hama terpadu, bantuan sarana produksi (bantuan pemerintah), pengolahan tanah yang sempurna dan penanganan pascapanen yang baik.
“Dalam rangka menghadapi panen raya dimulai Februari 2023 telah dilakukan persiapan dan dampak antisipasi perubahan iklim, optimalisasi sarana dan bantuan pasca panen dengan combine, menyiapkan dryer di saat musim hujan, serta menyiapkan brigade sergap kostraling, serapan Bulog dan memastikan harga layak bagi petani,” pintanya.
Secara terpisah, Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi mengatakan Kementerian Pertanian terus melakukan intervensi untuk memangkas distribusi beras menjelang tahun baru 2023.
Hal ini sesuai arahan Wakil Menteri Pertanian, Harvick Hasnul Qolbi dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan serta mendekatkan beras hasil produksi petani langsung ke konsumen. Menurutnya, kenaikan harga beras dipicu oleh rantai pasok yang terlalu panjang.
“Karena memang kenaikan harga beras saat ini diakibatkan rantai distribusi yang terlalu panjang. Dengan ini diharapkan masyarakat bisa terbantu dan petani tetap bisa menikmati harga gabahnya,” kata Suwandi.
Sebagai informasi, mengacu data KSA BPS, memperkirakan panen raya dimulai Februari 2022 seluas 1,4 juta hektar dengan produksi beras 4,3 juta ton. Produksi ini melebihi kebutuhan konsumsi sebulan 2,5 juta ton beras, sehingga ini menjadi waktu untuk mulai serap gabah beras petani.