Jakarta – Menteri
BUMN Erick Thohir sempat mengkritik
PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. untuk
masuk ke bisnis cloud atau
komputasi awan dan big data.
Meskipun nilai bisnisnya kecil, tetapi menurut Erick, tidak bisa perusahaan
seperti Google, Amazon, dan Alibaba menguasai database Indonesia.
Erick sempat menyoal kontribusi dividen dari
Telkom. Setoran dividen dari anak usaha yang besar tapi tidak bisa
ditransmisikan langsung kepada pemegang saham, karena harus melewati Telkom. Hal
itu dilakukan untuk memastikan dividen
Telkomsel digunakan dengan sebaik-baiknya.
“Sebelum saya bicara mohon maaf, yang kurang baik sama Telkom. Saya sebelumnya sudah duduk sama Dirut Telkom Pak Ririek jauh-jauh hari, beliau ini bekas Dirut Telkomsel. Jadi tahu dividen Telkomsel yang masuk ke Telkom saya ingin dipastikan benar-benar dipergunakan sebaik-baiknya dan saya juga pastikan Telkom punya dividen yang baik,” katanya dalam acara Economic Outlook 2020 yang diselenggarakan CNBC Indonesia di Ritz Carlton, Pacific Place, Jakarta, Rabu (26/2/2020).
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama Telkom Ririek Adriansyah sempat menanggapi masukan Menteri BUMN terkait dengan bisnis komputasi awan (cloud).
Ririek Adriansyah mengatakan bahwa perseroan bersiap membelanjakan investasi cukup besar untuk pengembangan lini bisnis pusat data , big data, dan cloud computing.
“Kita akan masuk ke yang disebut digital platform, misalnya kita membangun hyperclye data center di timur Jakarta. Kemudian Pak Menteri BUMN tadi juga menyebutkan cloud, itu juga kita yakini proses computing tersebut akan terjadi di cloud,” kata Ririek Adriansyah.
Telkom bakal berinvestasi cukup besar untuk pengembangan bisnis pada tahun ini, atau mencapai sekitar 25 persen dari pendapatan.
Dikutip dari bisnis.com, bahwa dana investasi yang dibutuhkan akan mencapai 25 persen dari pendapatan 2019. Namun, dia belum dapat merinci berapa nominal pasti alokasi investasi tahun ini. Dia hanya mengatakan bahwa investasi ini akan mengandalkan dana internal.
“Saya tidak hafal angkanya tapi pasti kita akan kembangkan ke arah situ, tapi angkanya berapa belum tahu. Sudah ada dananya, cuma jumlahnya yang saya gak hafal, Internal,” katanya.
Dia mengatakan bahwa dalam waktu dekat perseroan akan meluncurkan beberapa produk baru tersebut. Namun, dia meyakini bahwa produk ini akan menghadapi tantangan yang cukup besar untuk dipasarkan kepada konsumen.
Pasalnya, produk ini berbeda dengan produk lain milik Telkom yang kebanyakan merupakan produk solution base. Artinya, perlu waktu dan strategi yang tepat untuk memasarkan produk tersebut kepada masyarakat.
“Akan butuh effort agar masyarakat khususnya di B2B untuk memahami itu, dan kemudian bisa menggunakannya agar bisa lebih efisien. Secara tidak langsung hal itu juga akan berkontribusi pada negara karena dengan digitaslisasi akan ada berbagai value yang dicptakan dari berbagai sektor,” jelasnya.
Sebelumnyam Erick Thohir menyebut Telkom harus berinovasi dan tidak hanya bisa mengandalkan Telkomsel sebagai pendulang laba.
“Enak jadi Telkom, Telkomsel dividen, revenue Telkomsel digabung ke Telkom hampir 70 persen. Lebih baik tidak ada Telkom. Langsung aja Telkomsel dimiliki oleh Kementerian BUMN, dividennya jelas,” katanya di Jakarta, Rabu (12/2).
Dia mengatakan Telkom semestinya dapat beradaptasi dengan perubahan dan era disrupsi. Menurutnya, Peluang pengembangan bisnis big data semestinya diambil oleh Telkom, bukan oleh pelaku usaha usaha dari luar negeri.
“Infrastruktur Telkom itu sudah luar biasa, kenapa itu tidak jadi bisnis, bahkan juga yang namanya big data, cloud itu juga jadi sebuah bisnis, jangan sampai diambil lagi oleh asing, kemarin saya rasain waktu Asian Games saya harus pakai Ali Cloud, kenapa gak dilakukan oleh Telkom?” katanya.