
JAKARTA – Kementerian Pertanian (Kementan) mempercepat serapan gabah petani di dua wilayah di Jawa Timur, yakni kabupaten Madiun dan Kabupaten Ngawi pada Minggu (10/4) kemarin.
Menurut Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) RI, Harvick Hasnul Qolbi, langkah ini dilakukan demi menjaga harga di tingkat produsen agar tidak jatuh, sehingga petani dapat menikmati hasil panennya.
Selain itu, Kementan juga meminta kepada stakeholder terkait, seperti Perum Bulog, Komando Strategi Penggilingan (Kostraling), hingga Bank BUMN untuk menjaga stabilitas pasokan dan harga gabah saat panen raya. Hal ini juga dimaksudkan untuk memastikan ketersediaan pangan aman dan terkendali.
“Tujuan kegiatan serap gabah petani ini adalah untuk membantu dan mensejahterakan petani. Kasihan petani yang sudah bekerja keras kalau sampai merugi. Untuk itulah pemerintah turun tangan membeli gabah petani, agar petani mendapat keuntungan dari usaha taninya,” kata Wamentan Harvick dalam keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Senin (11/4) sore.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Suwandi menandatangani kesepakatan penyerapan gabah petani di Madiun pada bulan April-Mei 2022 oleh Kostraling sebanyak 5 ton, oleh Perum Bulog sebanyak 2.200 ton gabah atau setara 1.400 ton beras serta komitmen Bank BRI menyediakan KUR bagi Kostraling dalam penanganan panen dan pascapanen.
Untuk lebih meningkatkan produksi, Suwandi menyarankan dengan luas baku sawah di Madiun seluas 30.000 ha, bisa dibuat IP 400 seperti contohnya di Kabupaten Sukoharjo seluas 10.000 ha.“Untung satu musim Rp 15 juta, maka jika 4 kali menjadi Rp 60 juta. Kemudian terkait harga gabah, kondisi Madiun dikatakan aman dengan harga rata-rata Rp 4.400/kg masih di atas HPP (Harga Pokok Penjualan),” jelasnya.
Sementara untuk penyerapan gabah di Kabupaten Ngawi pada April-Mei 2022 oleh Kostraling sebesar 45 ton gabah dan oleh Bulog sebesar 2.363 ton gabah atau setara 1.500 ton beras sesuai standar mutu yang ditetapkan.
Suwandi menyebutkan harga rata-rata gabah jika dipanen dengan mesin combine maka nilainya sekitar Rp4.400 hingga Rp4.600 per kg. Sedangkan jika dipanen secara manual sekitar Rp4.200 hingga Rp4.300 per kg. Hal itu dikarenakan kualitas gabah dengan panen manual masih kotor sehingga rendemennya rendah, sementara penggunaan mesin pascapanen harganya bisa lebih tinggi.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, rata-rata harga gabah dan beras di bulan Maret 2022 mulai turun di beberapa level. Oleh karena itu Kementan gerak cepat mengamankan harga gabah.