
Oleh: Muhammad Rifky Abdillah, S.Pt
Transformasi SDM Pertanian Melalui Indikator KOMPAS
Pembangunan SDM pertanian tidak bisa dilepaskan dari kerangka KOMPAS (Komitmen Otoriter, Motivasi Pelaku, Peta Jalan, Aksi Sinergi, Dukungan Sumber Daya Manusia) yang menjadi pendekatan komprehensif dalam pembangunan pertanian.
Pembangunan pertanian berkelanjutan di Indonesia tidak hanya bergantung pada teknologi atau kebijakan, tetapi secara fundamental ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia (SDM) yang menjadi penggerak utama sektor ini. Berdasarkan data terkini, peningkatan kapasitas SDM pertanian telah terbukti memberikan dampak signifikan terhadap produktivitas dan keberlanjutan sektor pertanian nasional.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) 2023, sektor pertanian masih menyerap sekitar 27,3% dari total angkatan kerja Indonesia. Namun, tantangan yang dihadapi cukup berat dengan rata-rata usia petani mencapai 52 tahun dan 60,8% petani hanya berpendidikan setingkat sekolah dasar atau lebih rendah.
“Regenerasi petani dan peningkatan kapasitas SDM pertanian merupakan tantangan terbesar yang harus diatasi untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional,” ungkap Dr. Bambang Sayaka, peneliti senior dari Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian (PSEKP).
B. Dukungan Sumber Daya Manusia: Kunci Pertanian Berkelanjutan
Kementerian Pertanian telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp2,7 triliun pada tahun 2024 untuk program pengembangan SDM pertanian. Program ini mencakup pelatihan teknis, pendampingan, dan fasilitasi akses terhadap informasi serta teknologi. Data menunjukkan bahwa petani yang telah mengikuti program pelatihan mengalami peningkatan produktivitas hingga 35% dibandingkan dengan yang belum mendapatkan pelatihan.
Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2023, terdapat korelasi positif sebesar 0,78 antara tingkat pendidikan petani dengan adopsi teknologi pertanian modern. Petani dengan pendidikan lebih tinggi cenderung lebih cepat mengadopsi inovasi dan teknologi baru.
Program Unggulan Pengembangan SDM Pertanian
- Sekolah Lapang Pertanian
Program ini telah berhasil melatih lebih dari 125.000 petani pada tahun 2023. Menurut penelitian dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP), petani yang mengikuti program ini mengalami peningkatan pendapatan rata-rata sebesar 27% melalui penerapan praktik pertanian yang lebih efisien.
“Sekolah Lapang Pertanian memberikan kesempatan bagi petani untuk belajar secara langsung di lapangan dan menerapkan ilmu yang didapat. Ini adalah model pembelajaran yang terbukti efektif dalam meningkatkan kapasitas petani,” jelas Prof. Dr. Sumardjo, Guru Besar Fakultas Ekologi Manusia IPB. - Program Regenerasi Petani Muda
Kementerian Pertanian bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi telah meluncurkan program “Petani Milenial” yang telah menarik lebih dari 10.000 pemuda untuk terjun ke sektor pertanian. Program ini menyediakan insentif berupa akses pembiayaan dan pendampingan teknis.
Data dari Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian menunjukkan bahwa 72% petani muda yang tergabung dalam program ini telah menerapkan pertanian presisi dan teknologi digital dalam usaha taninya. - Pelatihan Kewirausahaan Pertanian
Program ini telah berhasil menciptakan 5.700 wirausahawan pertanian baru pada tahun 2023. Menurut survei yang dilakukan oleh Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), pelaku usaha tani yang mendapatkan pelatihan kewirausahaan mampu meningkatkan nilai tambah produk pertanian mereka hingga 40% melalui diversifikasi produk dan pemasaran digital.
Tantangan dan Strategi ke Depan
Meskipun berbagai program pengembangan SDM pertanian telah menunjukkan hasil positif, masih terdapat tantangan yang perlu diatasi. Data Kementerian Pertanian menunjukkan bahwa tingkat adopsi teknologi pertanian modern di kalangan petani kecil masih sekitar 42%, jauh di bawah target 70% yang ditetapkan dalam Rencana Strategis Pertanian 2020-2024.
Dr. Tahlim Sudaryanto, ekonom pertanian senior, menekankan, “Pengembangan SDM pertanian harus menjadi prioritas utama dalam setiap kebijakan pembangunan pertanian. Tanpa SDM yang kompeten, investasi dalam infrastruktur dan teknologi pertanian tidak akan memberikan hasil optimal.”
Strategi pengembangan SDM pertanian ke depan perlu memerhatikan beberapa aspek kunci:
1) Peningkatan akses pendidikan formal dan non-formal bagi petani dan keluarganya.
2) Penguatan kelembagaan petani untuk mendorong pembelajaran kolektif.
3) Integrasi teknologi digital dalam sistem penyuluhan pertanian.
4) Pemberian insentif bagi pemuda untuk terjun ke sektor pertanian.
Kesimpulan
Pembangunan pertanian berkelanjutan di Indonesia sangat bergantung pada kualitas SDM pertanian. Berbagai program dan kebijakan yang telah diimplementasikan menunjukkan hasil positif, namun masih diperlukan upaya yang lebih sistematis dan komprehensif untuk menghadapi tantangan ke depan. Dengan dukungan SDM yang berkualitas, sektor pertanian Indonesia akan mampu mencapai ketahanan pangan, meningkatkan kesejahteraan petani, dan menjaga keberlanjutan lingkungan.
Komitmen semua pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, swasta, akademisi, dan masyarakat, sangat diperlukan dalam mewujudkan transformasi SDM pertanian yang menjadi fondasi bagi pembangunan pertanian berkelanjutan di Indonesia.