
Jakarta – Pakar Koperasi dan UMKM, Suroto menyebut pembentukan Holding Ultra Mikro bisa mematikan lembaga keuangan mikro masyarakat lainnya.
Pasalnya, lembaga keuanga mikro seperti Koperasi akan dipaksa untuk bertanding dengan bank yang selama ini mendapat sejumlah fasilitas berupa subsidi bunga hingga penjaminan pinjaman dari pemerintah.
“Koperasi dihabisi dengan berikan subisidi bunga untuk bank, tidak dikasih LPS [Lembaga Penjaminan Simpanan], tidak ada dana penempatan, tidak ada modal penyertaan negara, kalau bangkrut tidak di-bailout, tidak diberi lembaga penjaminan pinjaman, tidak dilindungi pakai JPSK, tidak ada perlindungan isu malah diinterograsi, suruh bertanding dengan bank yang semua dapat fasilitas itu semua,” ujar Suroto, Jakarta, Rabu (5/5).
Ia mengatakan pembentukan Holding Ultra Mikro nantinya akan mengarah kepada penyeragaman kelembagaan atau monokulturalistik.
Menurut Suroto, negara yang sudah mapan lembaga keuanganya dan jaga ekosistem hidup semua lembaga keuangan masyarakatnya saja masih perlu isi banyak kekosongan.
“Ini malah diseragamkan. Mau dibawa kemana arah dan tujuan bangsa dan negara ini?,” ungkapnya.
Sementara itu, Peneliti dari Pusat Penelitian Ekonomi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2E-LIPI), Tuti Ermawati meminta pemerintah mempertimbangkan aspek keberlanjutan hidup Lembaga Keuangan Mikro swasta sebelum membentuk Holding Ultra Mikro yang menggabungkan BRI, Pegadaian dan PNM.
Menurut Tuti, pembentukan holding ini akan membuat persaingan antar lembaga keuangan mikro, baik BUMN maupun swasta akan semakin ketat.
“Yang perlu dipertimbangkan adalah bagaimana keberlanjutan hidup dari lembaga keuangan mikro yang lain, seperti koperasi dan sebagainya,” katanya, Selasa (4/5) kemarin.