
Masjid Syarif Abdurachman Cirebon
Idul Fitri bukan sekadar perayaan hari raya besar, melainkan momentum untuk kembali ke fitrah, jiwa yang bersih, hati yang lapang, dan hubungan yang lebih erat dengan keluarga serta sesama.
Setelah sebulan penuh menjalani ibadah puasa di bulan Ramadhan 1446 H, tibalah saatnya kita merenungi esensi sejati dari kemenangan ini: memaafkan, menyambung silaturahmi, dan memperkuat kembali hubungan yang mungkin telah renggang akibat kesibukan dunia modern, terutama dengan dominasi teknologi dan tuntutan perjalanan mudik dalam kehidupan kita.
Kembali ke Fitrah: Makna Sakinah, Mawaddah, Warahmah
Dalam Agama, hubungan yang harmonis dalam keluarga dan masyarakat sering dikaitkan dengan konsep Sakinah (ketenangan), Mawaddah (kasih sayang), dan Warahmah (rahmat dan keberkahan).
Namun, di era digital ini, di mana perhatian lebih sering tertuju pada layar HP daripada orang-orang terdekat, nilai-nilai ini semakin pudar.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an
“Dan Dia menjadikan di antara kalian rasa kasih sayang dan rahmat. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.”
(QS. Ar-Rum: 21)
Ayat ini mengajarkan bahwa hubungan antarmanusia, terutama dalam keluarga, harus dibangun di atas kasih sayang dan keberkahan, bukan hanya sekadar komunikasi virtual tanpa kedalaman makna.
Silaturahmi: Lebih dari Sekadar Ucapan di Medsos
Idul Fitri mengajarkan kita pentingnya silaturahmi dan saling memaafkan. Namun, realitas saat ini sering kali berbeda. Banyak orang lebih memilih mengirim pesan singkat atau memposting ucapan Lebaran di media sosial dibandingkan bertemu langsung atau setidaknya menelepon dengan penuh kehangatan.
Rasulullah SAW bersabda
“Barang siapa ingin diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung silaturahmi.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Silaturahmi bukan hanya formalitas, tetapi juga jalan keberkahan dalam hidup. Dengan hadir secara nyata, berbicara dari hati ke hati, dan saling mendoakan, kita memperkuat ikatan yang sebenarnya.
Era Digital: Jauh di Dekat, Dekat di Jauh
Teknologi dan media sosial memang mendekatkan yang jauh, tetapi ironisnya, justru menjauhkan yang dekat. Mungkin pernah melihat fenomena orang yang berkumpul di meja suatu ruangan dalam suatu acara kegiatan, tetapi masing-masing sibuk dengan HP-nya.
Padahal, interaksi langsung memiliki dampak psikologis yang jauh lebih mendalam dibandingkan sekadar pesan singkat atau emoji di chat.
Konsekuensi dari kecanduan digital
- Menurunnya kualitas hubungan interpersonal Interaksi yang dangkal dapat menyebabkan miskomunikasi dan kurangnya empati.
- Mengikis nilai-nilai kebersamaan
Kebiasaan lebih banyak menghabiskan waktu di dunia maya membuat silaturahmi terasa hanya sebagai formalitas. - Dampak psikologis negatif
Kecanduan gadget dapat menyebabkan stres, kecemasan sosial, dan bahkan depresi.
Idul Fitri: Saatnya Reconnect, Recharge, dan Reborn
Idul Fitri ini adalah saat yang tepat untuk reconnect (menghubungkan kembali hati dengan sesama), recharge (mengisi ulang energi spiritual dan emosional dengan kehangatan silaturahmi), dan reborn (memulai lembaran baru dengan hati yang bersih).
Mari kita gunakan momen ini untuk:
- Menyimpan sejenak HP dan benar-benar hadir dalam kebersamaan keluarga.
- Mengunjungi kerabat secara langsung atau setidaknya menelepon dengan penuh kehangatan.
- Memaafkan dengan tulus, bukan hanya sebagai formalitas.
- Merenungi kembali makna fitrah, yakni kembali kepada kemurnian hati dan hubungan yang harmonis.
Sebagaimana firman Allah SWT
“Barang siapa yang memaafkan dan berbuat baik, maka pahalanya atas (tanggungan) Allah.”
(QS. Asy-Syura: 40)
Mari jadikan Idul Fitri ini sebagai titik balik, bukan hanya dalam ibadah, tetapi juga dalam hubungan kita dengan sesama. Sebab, kebahagiaan sejati bukan terletak pada jumlah like di media sosial, melainkan pada kedekatan yang tulus dengan keluarga, sahabat, dan Allah SWT.
Mudik dengan Keselamatan dan Keberkahan
Selain menjadi momen silaturahmi, Idul Fitri di Indonesia juga identik dengan tradisi mudik, perjalanan kembali ke kampung halaman untuk berkumpul dengan keluarga.
Namun, di balik kebahagiaan ini, kita tidak boleh lengah terhadap keselamatan di jalan. Puluhan juta orang bergerak dalam waktu yang hampir bersamaan, menyebabkan lonjakan kepadatan lalu lintas dan meningkatnya risiko kecelakaan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan
- Pastikan kondisi fisik dan kendaraan dalam keadaan prima sebelum berangkat.
- Jangan memaksakan diri saat mengemudi, istirahatlah jika lelah.
- Patuhi aturan lalu lintas dan batas kecepatan demi keselamatan bersama.
- Hindari penggunaan HP saat berkendara, karena sekejap kelalaian bisa berakibat fatal.
- Utamakan kesabaran dan saling menghormati di jalan, karena setiap pengendara juga ingin sampai dengan selamat.
Rasulullah SAW bersabda
“Jika kalian bepergian, maka bersikaplah lemah lembut dan jangan membuat perjalanan menjadi sulit bagi diri sendiri dan orang lain.”
(HR. Bukhari)
Keselamatan di perjalanan adalah bagian dari ibadah.
Mengemudi dengan bijak bukan hanya melindungi diri sendiri, tetapi juga orang lain. Sebuah pesan atau panggilan telepon bisa menunggu, tetapi nyawa tidak bisa digantikan.
Keamanan Rumah Saat Ditinggal Mudik
Di tengah kegembiraan mudik, jangan sampai kita lalai dalam menjaga keamanan rumah dan barang-barang berharga.
Banyak kasus pencurian & kebakaran terjadi saat rumah kosong dalam waktu lama. Maka, sebelum berangkat, pastikan beberapa langkah berikut:
- Pastikan semua pintu dan jendela terkunci dengan baik.
- Cabut peralatan listrik yang tidak perlu untuk mencegah kebakaran.
- Laporkan kepada tetangga atau petugas keamanan setempat bahwa rumah ditinggalkan.
- Gunakan lampu otomatis atau CCTV jika memungkinkan.
- Jangan mengunggah informasi mudik secara detail di media sosial agar tidak menjadi sasaran pencurian.
Dengan langkah-langkah ini, mudik bisa dilakukan dengan lebih tenang, aman, dan penuh keberkahan.
Kiranya bermanfaat dan terus semangat untuk kemaslahatan umat dalam kehidupan di dunia maupun di akhirat nanti.
Taqabbalallahu minna wa minkum, mohon maaf lahir dan batin.
Selamat mudik dan berkumpul dengan keluarga, serta selamat sampai dituju.
Tabayyun.
Wallahu A’lam Bhisawab.
Jazakumullah khairan katsiran.
Fastabiqul khairat.
Aamiin Ya Rabbal Alamin.
Disusun dari berbagai sumber referensi oleh:
Diding S Anwar