
BENGKULU – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Stasiun Meteorologi Fatmawati-Soekarno, Bengkulu, merilis Red Green Blue (RGB) citra satelit cuaca Himawari, pukul 12.01 WIB dampak erupsi Gunung Anak Krakatau .
Debu vulkanik erupsi Gunung Anak Krakatau yang berada di Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung, terdeteksi bergerak ke arah Barat Laut Provinsi Bengkulu. Dari citra satelit debu vulkanik diketahui menyebar merata di 10 kabupaten dan kota.
Forcaster Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Stasiun Meteorologi Fatmawati-Soekarno, Bengkulu, Haris Syahid Hakim mengatakan, debu berada diketinggian 500 Millibars (Mb) atau setara dengan 18.000 feet.
”Di langit sedikit berwarna abu-abu. Debu vulkanik terus bergerak ke arah barat laut ke atas. Penyebarannya merata se-Provinsi Bengkulu,” kata Haris, Sabtu (11/4/2020).
Debu vulkanik, kata Haris, tidak mempengaruhi jarak pandang. Di mana jarak pandang masih normal atau 10 kilometer (KM), ditambah dengan kondisi cuaca cerah.
”Saat ini jarak pandang masih normal, 10 Km lebih. Kondisi cuaca cerah,” jelas Haris.
Seperti diketahui, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi, Kementerian ESDM bahwa telah terjadi erupsi G. Anak Krakatau, Lampung, pada hari Jumat 10 April 2020 pukul 21.58 WIB dan pukul 22.35 WIB.
Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono mengatakan Hasil monitoring muka laut menggunakan tide gauge di Pantai Kota Agung, Pelabuhan Panjang, Binuangen, dan Marina Jambu menunjukkan TIDAK ADA ANOMALI perubahan muka laut sejak 10 April 2020 pukul 21.00 tadi malam hingga pagi ini 11 April 2020 pukul 6.00 WIB.
“Berdasarkan monitoring muka laut yang dilakukan BMKG menggunakan Tide Gauge dan Radar Wera menunjukkan bahwa erupsi Gunung Anak Krakatau tadi malam tidak memicu terjadinya tsunami,” kata Triyono
BMKG mencatat terjadi gempa tektonik di Selat Sunda pukul 22.59 WIB Jumat (10/4) kemarin dengan magnitudo 2,4 di 70 km arah selatan barat daya dari Gunung Anak Krakatau pada kedalaman 13 km. Gempa itu tak terkait dengan suara dentuman dini hari tadi.
“Meskipun ada aktivitas gempa kecil di Selat Sunda pada pukul 22.59 WIB dengan magnitudo M 2,4 tetapi gempa ini kekuatannya tidak signifikan dan tidak dirasakan oleh masyarakat. Berdasarkan data tersebut maka BMKG memastikan bahwa suara dentuman tersebut tidak bersumber dari aktivitas gempa tektonik,” tegas BMKG Sabtu (11/4/2020) dalam siaran persnya.