
Oleh: Diding S. Anwar
Melak, Kutai Barat – Kalimantan Timur, Mei 2025
Dalam hidup yang penuh persimpangan dan hiruk-pikuk zaman, tidak semua hal meninggalkan kesan mendalam.
Namun, teman sejati yang hadir, menguatkan, dan tetap hidup dalam ingatan meski raga telah tiada, adalah harta yang tak ternilai.
Dalam rangkaian perjalanan 15–23 Mei 2025, kami menelusuri Sungai Mahakam dari Samarinda menuju Melak, Kutai Barat, menggunakan speed boat selama kurang lebih enam jam. Perjalanan itu menyimpan banyak makna, terlebih saat kami singgah untuk makan siang di Rumah Makan Terapung Kota Bangun, yang bergoyang lembut dihantam ombak sungai.
Di sana, kami menyantap ikan lais goreng, ikan patin bakar, udang sungai goreng, ditemani goreng terong dan sambal nanas khas Mahakam, penuh rasa, penuh cerita.
Setelah makan, kami menyalakan satu batang rokok sebagai jeda, memandang hamparan air Mahakam yang luas. Kemudian kami kembali ke speed boat, melanjutkan perjalanan menembus gelombang, berpapasan dengan kapal-kapal besar pengangkut batubara yang membelah sungai dalam irama kerja dan waktu.
Namun, momen paling menggugah bukanlah panorama alam ataupun hidangan khas, melainkan perjumpaan dengan seorang Ibu dari Suku Dayak Benuaq, yang kini telah berusia lebih dari 95 tahun.
Tubuhnya telah renta, hanya bisa berbaring di tempat tidur. Tapi ingatan dan batinnya tetap hidup, hangat, tajam, dan menyentuh.
Dalam percakapan yang penuh haru, beliau terus menyebut nama-nama teman lamanya. Padahal, semua sahabat beliau telah lebih dulu wafat. Namun bagi beliau, para sahabat itu seolah masih hidup, masih ada, dan tetap hadir menemaninya.
“Tolong… turunin temanku, sudah malam… dia masih nyangkut di pohon…”
Kalimat lirih itu keluar dari mulut beliau di tengah malam. Kami terdiam.
Dalam kesunyian kamar yang redup, kami menyaksikan betapa dalam cinta dan rindu beliau kepada sahabat-sahabatnya. Bukan halusinasi. Bukan lamunan kosong. Tapi ungkapan batin yang jernih tentang betapa berharganya seorang teman, yang tetap hidup dalam ingatan dan doa, bahkan ketika dunia telah berubah dan usia tak lagi muda.
Makna Spiritual dalam Persahabatan
Allah SWT berfirman:
“الْأَخِلَّاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ”
“Teman-teman akrab pada hari itu (kiamat) akan menjadi musuh satu sama lain, kecuali orang-orang yang bertakwa.”
(QS. Az-Zukhruf: 67)
Makna tersirat:
Hanya sahabat yang dibangun atas dasar ketakwaan, kejujuran, dan cinta karena Allah, yang akan kekal hingga akhirat.
Bukan sahabat karena dunia, tetapi karena jiwa.
Pelajaran dari Seorang Ibu Dayak Benuaq
Beliau tidak bersekolah tinggi. Tidak menyimpan harta. Tidak berceramah tentang ilmu. Namun, dari tatapannya yang dalam dan ucapannya yang jujur, kami belajar bahwa:
Sahabat adalah jiwa yang tinggal dalam hati.
Persahabatan sejati adalah warisan paling murni dalam usia senja.
Teman lama yang masih diingat adalah bekal ruhani yang tak bisa dibeli.
Pesan Kehidupan
Jika masih memiliki sahabat, jangan tunda untuk menghubungi, mengunjungi, atau mendoakan.
Jika sahabat sudah tiada, doakan mereka dengan ikhlas.
Jika belum menjadi sahabat yang baik, perbaikilah niat dan sikap.
Karena suatu hari nanti, mungkin hanya ingatan kita tentang mereka yang akan menghangatkan jiwa kita di masa tua.
Sungai Mahakam akan terus mengalir.
Waktu akan terus berjalan.
Namun, kisah dan nilai tentang persahabatan akan tetap tinggal.
Seperti dalam batin seorang Ibu tua Dayak Benuaq, persahabatan sejati tak pernah pudar.
Fastabiqul khairat
Berlomba-lombalah dalam kebaikan.
Aamiin Ya Rabbal ‘Alamin.
🤲🙏
Perjalanan panjang yang bapak laksanakan selama 8 hari di Bumi Borneo, disamping bernostalgia , kini melihat perkembangan Kalimantan setelah lama ditinggalkan. Itu adalah tanda anugrah umur panjang yang patut kita syukuri. Seperti ibu Dayak Benuaq yang telah berusia 95 th, masih ingin ketemu teman sejatinya dimasa tuanya. Semoga Bapak dan keluarga masih diberikan waktu untuk mengunjungi bumi dimana pernah dipijak dan menemui sahabat lama dan baru. Jangan berhenti ketika lelah, tetapi berhenti ketika sampai. Amiin.