
Dalam dunia bisnis, organisasi sering kali menghadapi tantangan besar yang mengharuskan mereka beradaptasi dengan cepat.
Namun, sering kita temui banyak yang tetap bertahan pada strategi usang yang sudah tidak relevan, fenomena ini dikenal sebagai Teori Kuda Mati (Dead Horse Theory).
Artikel ini membahas bagaimana perusahaan besar seperti Lehman Brothers, Nokia, dan Kodak gagal beradaptasi hingga akhirnya runtuh.
Selain itu, kita akan melihat bagaimana AJB Bumiputera 1912, sebagai perusahaan asuransi tertua di Indonesia yang mengalami krisis panjang, dapat mengambil pelajaran.
Dengan pendekatan berbasis lesson learned, kita akan menganalisis strategi perbaikan yang dapat diterapkan agar bisnis tetap berkelanjutan.
Teori Kuda Mati Mengapa Organisasi Gagal Beradaptasi?
Konsep Teori Kuda Mati menyoroti bagaimana individu atau organisasi cenderung mempertahankan sesuatu yang sudah jelas tidak dapat berjalan, dengan berbagai upaya yang sebenarnya sia-sia.
Beberapa strategi klasik dalam mempertahankan “kuda mati” meliputi:
Membeli pelana baru Investasi besar dalam perbaikan kosmetik tanpa mengubah fondasi bisnis.
Memberi makan kuda mati
Menghabiskan sumber daya untuk sesuatu yang sudah jelas gagal.
Mengganti penunggang
Mengubah kepemimpinan tanpa menyelesaikan akar masalah.
Memecat perawat kuda
Mencari kambing hitam tanpa solusi konkret.
Mengadakan rapat strategi panjang Berdebat tanpa implementasi nyata.
Membentuk tim ahli Studi panjang yang akhirnya tidak menghasilkan perubahan signifikan.
Menunda pengakuan kegagalan
Tetap menyangkal kenyataan meskipun jelas arah bisnis salah.
Membandingkan kuda mati lain
Menggunakan kegagalan lain sebagai justifikasi.
Mengajukan anggaran tambahan
Mencoba menghidupkan kembali bisnis gagal dengan dana baru.
Mengubah definisi “mati”
Menciptakan standar baru untuk menghindari pengakuan kegagalan.
Lesson Learned, Tiga Perusahaan yang Gagal Beradaptasi
Lehman Brothers (Industri Keuangan) 2008
Kesalahan utama. Tetap mempertahankan investasi subprime mortgage meskipun tanda-tanda krisis sudah jelas.
Aksi “kuda mati”: Mengandalkan bailout pemerintah yang akhirnya ditolak, hingga bangkrut dengan utang lebih dari $600 miliar.
Pelajaran yang bisa diambil, perusahaan perlu fleksibel terhadap perubahan pasar dan menerapkan manajemen risiko yang lebih adaptif. Seperti perusahaan Nokia (Industri HP) 2013. Kesalahan utama Bertahan dengan Symbian dan menolak beralih ke Android.
Aksi “kuda mati” tetap mempertahankan sistem operasi usang meskipun tren smartphone layar sentuh berkembang.
Pelajaran, Teknologi berkembang cepat, dan inovasi berkelanjutan adalah kunci untuk bertahan.
Kodak (Industri Fotografi) 2012. Kesalahan utama Kodak menolak mengembangkan teknologi digital karena khawatir mengganggu bisnis film analog.
Aksi “kuda mati” tetap mempertahankan bisnis film saat pesaing telah beralih ke digital.
Pelajaran, perusahaan harus berani meninggalkan model bisnis lama yang tidak lagi relevan.
Lesson Learned untuk AJB Bumiputera 1912
Sebagai perusahaan asuransi jiwa tertua di Indonesia, AJB Bumiputera 1912 yang kini berusia 113 Tahun menghadapi tantangan besar akibat tata kelola yang buruk dan tekanan likuiditas.
Untuk menghindari “kuda mati”, perusahaan dapat mempertimbangkan menerapkan strategi berikut:
Meninggalkan Model Lama yang Tidak Berkelanjutan
Masalah AJB Bumiputera yang mempertahankan sistem usaha Mutual / Usaha Bersama (UBER) sejak berdiri dan sesuai dengan UUD 1945 pasal 33 ayat (1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama atas asas kekeluargaan.
Dalam prakteknya kini AJB Bumiputera 1912 menyimpang dan keluar jalur rel dari prinsip Mutual / Usaha Bersama (UBER) yang menggerus kepercayaan masyarakat pemegang polis ditengah persaingan modern.
Solusi, segera berubah dengan mengikuti payung hukum yang telah diterbitkan Pemerintah dan DPR RI, kembali ke jalur rel Usaha Bersama (UBER) / Mutual, dan transformasi ke struktur hybrid yang memungkinkan investasi lebih sehat.
Transparansi dan Akuntabilitas
Masalah kepercayaan masyarakat pemegang polis terus menurun akibat kurangnya transparansi keuangan.
Solusi. Implementasi sistem pelaporan keuangan berbasis teknologi untuk meningkatkan transparansi dan tata kelola.
Digitalisasi dan Inovasi Produk
Masalah AJB Bumiputera lambat dalam mengadopsi digitalisasi dan teknologi asuransi berbasis Inovasi dan Digitalisasi.
Solusi, pengembangan produk berbasis insurtech, underwriting, dan platform digital untuk meningkatkan daya saing.
Efisiensi Operasional dan Manajemen Risiko
Masalah struktur organisasi yang tidak profesional membuat perusahaan kurang responsif.
Solusi restrukturisasi organisasi untuk meningkatkan efisiensi dan pengambilan keputusan berbasis data.
Kemitraan Strategis
Masalah AJB Bumiputera mengalami kesulitan dalam menarik kembali perhatian masyarakat calon pemegang polis akibat banyak ingkar janji tidak sesuai dengan yang tertuang diisi polis.
Solusi dengan menggandeng mitra strategis untuk memulihkan kepercayaan masyarakat calon pemegang polis juga memperkuat tata kelola perusahaan yang baik dan benar (GCG).
Struktur AJB Bumiputera 1912
AJB Bumiputera 1912 adalah perusahaan asuransi jiwa tertua di Indonesia yang didirikan pada 12 Februari 1912 di Magelang, Jawa Tengah, oleh tiga orang tokoh guru pribumi yaitu (Mas Ngabehi Dwidjosewojo, Mas Karto Hadi Karto Soebroto, dan Mas Adimidjojo).
Perusahaan ini menganut sistem Usaha Bersama / UBER (Mutual), di mana seluruh pemegang polis anggota dan merupakan pemilik perusahaan.
Struktur organisasi AJB Bumiputera 1912 dirancang untuk mencerminkan prinsip-prinsip mutualisme (Usaha Bersama / UBER) dan profesionalisme dalam operasionalnya.
Komponen utama dalam struktur Organisasi AJB Bumiputera 1912
1. Rapat Umum Anggota (RUA)
Merupakan badan tertinggi dalam struktur organisasi AJB Bumiputera 1912.
Anggotanya terdiri dari perwakilan pemegang polis yang memiliki kewenangan dalam menentukan kebijakan strategis perusahaan.
Memilih dan mengangkat Direksi serta mengawasi jalannya perusahaan.
2. Dewan Komisaris
Bertugas mengawasi dan memberikan nasihat kepada Direksi dalam menjalankan kegiatan operasional perusahaan.
Memastikan tata kelola perusahaan berjalan sesuai dengan regulasi dan kepentingan pemegang polis.
3. Direksi
Bertanggung jawab atas pengelolaan operasional sehari-hari perusahaan.
Melaksanakan strategi yang telah ditetapkan oleh RUA untuk menjaga keberlanjutan bisnis.
Pentingnya Profesionalisme dalam Pengelolaan Organisasi
Dalam menghadapi tantangan industri asuransi yang semakin kompleks, penting bagi AJB Bumiputera 1912 untuk memastikan bahwa setiap organ dalam struktur organisasinya diisi oleh individu yang profesional dan kompeten di bidangnya. Hal ini sejalan dengan amanat Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2023 tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (P2SK), khususnya pada Bab VII yang mengatur tentang Asuransi Usaha Bersama (AUB).
Mengacu pada peraturan tersebut, AJB Bumiputera 1912 diharapkan dapat
Melakukan restrukturisasi organisasi dengan melibatkan profesional yang memiliki keahlian dan pengalaman di bidang asuransi.
Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam setiap proses pengambilan keputusan dan operasional perusahaan.
Mengadopsi teknologi dan inovasi untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing di industri asuransi.
Dengan langkah-langkah tersebut, AJB Bumiputera 1912 dapat terus berkembang dan memberikan layanan terbaik bagi para pemegang polisnya, serta menjaga kepercayaan masyarakat sebagai perusahaan asuransi jiwa yang handal dan terpercaya.
Sumber Referensi
“The Innovator’s Dilemma” – Clayton Christensen
Menjelaskan mengapa perusahaan besar gagal berinovasi dan bagaimana menghadapi disrupsi.
“Why Smart Executives Fail” – Sydney Finkelstein
Studi kasus tentang bagaimana pemimpin bisnis membuat keputusan buruk yang menghancurkan perusahaan mereka.
“Fooled by Randomness” – Nassim Nicholas Taleb
Membahas bias dalam pengambilan keputusan dan pentingnya memahami risiko dalam bisnis.
Jurnal Harvard Business Review: “Why Companies Fail to Adapt”
Analisis akademis tentang faktor-faktor yang membuat perusahaan gagal dalam menghadapi perubahan.
Jurnal OECD: “Corporate Governance Failures and Their Consequences”
Membahas kasus tata kelola perusahaan yang buruk dan dampaknya terhadap keberlanjutan bisnis.
Teori Kuda Mati menunjukkan bahwa mempertahankan strategi usang hanya akan menghamburkan sumber daya tanpa hasil nyata. AJB Bumiputera 1912 dapat belajar dari kegagalan Lehman Brothers, Nokia, dan Kodak dengan segera beradaptasi, meninggalkan model bisnis yang keluar jalur rel Mutual / Usaha Bersama (UBER) dan mengadopsi inovasi berbasis teknologi / Digitalisasi.
Dalam dunia bisnis yang terus berubah, fleksibilitas, transparansi, dan inovasi adalah kunci untuk bertahan dan berkembang.
Jika AJB Bumiputera 1912 tidak segera mengambil langkah strategis yang konkret, maka pertanyaan bukan lagi apakah perusahaan ini bisa bertahan, tetapi berapa lama lagi mereka akan bertaruh pada teori kuda mati ???.
Kiranya bermanfaat, terus semangat demi kemaslahatan umat.
Wallahu A’lam Bhisawab.
Fastabiqul khairat.
Aamiin Ya Rabbal Alamin.
Disusun dari berbagai sumber referensi oleh:
Diding S Anwar
Ketua Komite Tetap Penjaminan, Asuransi, dan Dana Pensiun KADIN INDONESIA Bidang FMIK (Fiskal, Moneter, Industri Keuangan).