
Di era digital yang serba cepat ini, setiap klik, unggahan, postingan dan bagikan memiliki dampak yang jauh lebih luas dari yang kita bayangkan. Teknologi Digital , yang awalnya hanya sebagai alat komunikasi dan hiburan, kini menjadi kekuatan besar yang dapat mengubah dunia.
Teknologi Digital memberikan peluang tak terbatas untuk menciptakan kebaikan yang terus mengalir, seperti amal jariyah, sekaligus dapat menjadi sarana untuk menyebarkan keburukan yang membawa dampak berkelanjutan, atau yang dikenal dengan dosa jariyah.
Teknologi Digital: Ladang Amal atau Jalan Dosa?
Teknologi Digital, seperti media sosial, blog, dan aplikasi berbagi konten, memungkinkan setiap individu untuk berbagi pengetahuan, kebaikan, dan motivasi dengan cepat kepada banyak orang.
Dalam ajaran agama, amal jariyah adalah perbuatan baik yang terus mengalir pahalanya, bahkan setelah pelakunya meninggal dunia. Sebagai contoh, menyebarkan ilmu yang bermanfaat, membangun fasilitas yang memberi manfaat pada banyak orang, atau mendukung orang lain untuk melakukan kebaikan.
Teknologi Digital juga bisa menjadi sarana yang membawa dosa jariyah, yakni dosa yang terus berlangsung meski pelakunya sudah tiada. Dosa ini terjadi ketika kita menyebarkan hoaks, fitnah, atau konten negatif yang merugikan orang lain dan masyarakat luas.
Menghindari Dosa Jariyah: Prinsip Tabayyun
Salah satu cara untuk menghindari dosa jariyah adalah dengan selalu melakukan tabayyun, yakni klarifikasi atau pemeriksaan kebenaran informasi sebelum disebarkan.
Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali kita menerima berita atau informasi tanpa mengetahui kebenarannya.
Al-Qur’an mengingatkan kita dalam Surat Al-Hujurat ayat 12:
“Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari kesalahan orang lain…”
Lebih lanjut, dalam Surat Al-Hujurat ayat 6, Allah SWT berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan, yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu.”
Prinsip tabayyun ini mengajarkan kita untuk tidak terburu-buru dalam membagikan informasi, terutama yang belum jelas sumbernya. Mengklarifikasi sebelum menyebarkan informasi adalah langkah penting untuk menjaga agar teknologi digital tetap menjadi ladang amal, bukan menjadi jalan dosa.
Dalil Al-Qur’an dan Hadis Sebagai Pedoman
Allah SWT berfirman: “Maka barang siapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barang siapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.”
(QS. Az-Zalzalah: 7-8)
Hadis Nabi Muhammad SAW mengingatkan kita akan tanggung jawab besar kita terhadap apa yang kita lakukan, termasuk apa yang kita unggah di dunia maya: “Barang siapa yang memulai suatu perbuatan baik dalam Islam, maka baginya pahala perbuatannya dan pahala orang-orang yang mengikutinya setelahnya tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun. Dan barang siapa memulai suatu perbuatan buruk dalam Islam, maka baginya dosa perbuatannya dan dosa orang-orang yang mengikutinya setelahnya tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun.” (HR. Muslim No. 1017)
Hadis ini menegaskan bahwa setiap tindakan kita, baik yang tampak maupun yang tidak tampak, akan memberikan dampak, dan kita akan memanen hasil dari setiap perbuatan yang kita lakukan. Tanggung jawab kita tidak hanya terbatas pada dunia nyata, tetapi juga di dunia maya.
Praktik Bijak di Era Digital
Menyebarkan Konten Positif
Gunakan platform digital untuk menyebarkan ilmu, motivasi, atau inspirasi yang membangun. Berdakwah, memberikan pelajaran, atau menyebarkan kebaikan dapat menjadi amal jariyah yang terus mengalir pahalanya.
Verifikasi Informasi (Tabayyun)
Sebelum membagikan informasi, pastikan bahwa informasi tersebut berasal dari sumber yang dapat dipercaya dan tidak merugikan pihak lain. Hindari menyebarkan hoaks atau berita yang belum terverifikasi.
Hindari Konten Negatif dan Berburuk Sangka
Jangan terlibat dalam penyebaran ujaran kebencian, fitnah, atau konten yang merusak moral masyarakat.
Selalu berpikir positif dan berusaha untuk tidak menghakimi atau menilai buruk orang lain tanpa bukti yang jelas.
Studi Kasus dan Literasi Digital
* Digital Ethics and Responsibility (2023)
Sebuah studi menunjukkan bahwa 78% pengguna media sosial di seluruh dunia pernah menyebarkan informasi tanpa verifikasi. Hal ini bisa merugikan individu atau kelompok, baik secara sosial maupun hukum.
* Journal of Islamic Ethics (2022)
Studi ini mengungkapkan bahwa konten berbasis nilai agama lebih efektif dalam membangun komunitas yang harmonis, menciptakan amal jariyah modern, dan membawa manfaat lebih luas di era digital.
* Social Media & Misinformation (2021)
Hoaks dan fitnah dapat memicu konflik sosial. Studi ini menyoroti bagaimana penyebaran informasi palsu di media sosial dapat merusak kerukunan masyarakat dan memperburuk hubungan antar individu.
Era digital menawarkan peluang luar biasa untuk menciptakan amal jariyah yang pahalanya terus mengalir. Namun, jika tidak bijak, teknologi digital bisa menjadi sumber dosa jariyah yang membawa penyesalan tiada akhir.
Mari jadikan tabayyun sebagai prinsip utama dalam bermedia digital, hindari buruk sangka, dan pilihlah konten yang membawa manfaat. Dengan demikian, teknologi digital dapat menjadi jalan menuju pahala abadi, bukan penyesalan yang tak berkesudahan.
Sebagai contoh, seorang yang menulis artikel tentang kebaikan atau memberikan pelatihan keterampilan secara online dapat terus mendapatkan pahala selama orang lain mengakses informasi tersebut dan mengamalkannya. Ini adalah bentuk amal jariyah yang pahalanya terus mengalir.
Potensi Dosa Jariyah
Di sisi lain, jika teknologi digital digunakan untuk menyebarkan keburukan, hoaks, atau fitnah, maka itu bisa menjadi sarana dosa jariyah. Setiap kali informasi negatif tersebut disebarkan atau dibaca orang lain, dosa itu akan terus mengalir kepada pelaku, bahkan setelah dia meninggal dunia. Hal ini mengingatkan kita akan pentingnya menjaga niat dan tujuan dalam setiap tindakan kita di dunia maya.
Prinsip Tabayyun dan Husnuzan dalam Dunia Digital
Di dunia digital, kita sering kali terpapar informasi yang belum jelas kebenarannya. Oleh karena itu, prinsip tabayyun (klarifikasi) dan husnuzan (berbaik sangka) menjadi sangat penting untuk mencegah penyebaran informasi yang salah dan berbahaya.
Tabayyun mengajarkan kita untuk selalu memverifikasi kebenaran informasi yang kita terima sebelum menyebarkannya.
Dengan tabayyun, kita dapat menghindari menyebarkan berita palsu atau informasi yang belum terverifikasi. Sementara itu, prinsip husnuzan mengajarkan kita untuk selalu berbaik sangka kepada orang lain dan menghindari prasangka buruk.
Dengan berhusnuzan, kita dapat menjaga keharmonisan sosial, baik di dunia nyata maupun di dunia maya.
Bagaimana Memanfaatkan Teknologi Digital sebagai Ladang Amal Jariyah?
Beberapa langkah praktis untuk memanfaatkan teknologi digital sebagai ladang amal jariyah:
Menyebarkan Ilmu yang Bermanfaat
Bagikan pengetahuan yang dapat meningkatkan kualitas hidup orang lain, seperti artikel, video edukasi, atau pelatihan keterampilan.
Gunakan platform digital untuk menyebarkan pesan positif yang menginspirasi dan memberi manfaat bagi banyak orang.
Verifikasi Informasi (Tabayyun)
Sebelum membagikan berita atau informasi, pastikan bahwa informasi tersebut berasal dari sumber yang dapat dipercaya dan sudah diverifikasi.
Hindari menyebarkan informasi yang belum terbukti kebenarannya untuk mencegah kerusakan sosial dan kebingungan di masyarakat.
Hindari Penyebaran Konten Negatif
Jangan terlibat dalam penyebaran kebencian, fitnah, atau informasi yang bisa merusak orang lain.
Pilihlah untuk berinteraksi secara positif dan mengedukasi orang lain dengan cara yang sopan dan penuh rasa hormat.
Meningkatkan Literasi Digital
Edukasi diri sendiri dan orang sekitar tentang etika berinteraksi di dunia digital, mengenali informasi palsu, dan menjaga privasi.
Pelajari cara menjaga keamanan pribadi dan melindungi diri dari potensi ancaman digital.
Berpartisipasi dalam Gerakan Kebaikan Online
Bergabung dalam kampanye sosial atau amal yang dapat memberi manfaat bagi masyarakat, seperti penggalangan dana untuk korban bencana atau pendidikan jarak jauh untuk anak-anak kurang mampu.
Studi Kasus: Dampak Positif dan Negatif dari Teknologi Digital
Dampak Positif:
Digital Literacy and Social Change (2022): Sebuah studi menunjukkan bahwa platform digital yang digunakan untuk penyebaran ilmu pengetahuan dan keterampilan dapat membantu meningkatkan kualitas hidup masyarakat, terutama di negara berkembang.
Dakwah Digital: Banyak tokoh agama dan lembaga Islam menggunakan platform seperti YouTube, Instagram, dan TikTok untuk menyebarkan dakwah yang positif, yang memberi manfaat luas bagi masyarakat.
Dampak Negatif:
Misinformation and Harm (2021):
Studi ini mengungkapkan bahwa hoaks yang beredar di media sosial dapat menyebabkan kecemasan sosial, perpecahan, dan bahkan kerusuhan.
Cyberbullying: Laporan dari berbagai negara menunjukkan bahwa cyberbullying dan ujaran kebencian di dunia maya dapat merusak mental dan emosional orang yang menjadi sasaran, khususnya di kalangan remaja.
Memilih Amal Jariyah di Dunia Digital
Dengan semakin berkembangnya teknologi digital, kita harus bijak dalam memanfaatkannya. Setiap tindakan kita di dunia maya memiliki dampak yang luas dan berjangka panjang. Teknologi digital memberikan kesempatan untuk menyebarkan ilmu, menginspirasi, dan mengajak orang berbuat kebaikan. Namun, kita juga harus berhati-hati agar teknologi tidak digunakan untuk menyebarkan keburukan.
Mari kita bersama-sama memanfaatkan dunia maya untuk menebarkan amal jariyah yang bermanfaat, serta menghindari dosa jariyah yang dapat merugikan diri kita dan orang lain. Teknologi tidak hanya menjadi alat komunikasi, tetapi juga sarana untuk meraih pahala yang abadi, baik untuk diri kita maupun orang lain.
Sumber Referensi
* Al-Qur’an dan Tafsir.
* Hadis Riwayat Muslim No. 1017.
* Digital Ethics and Responsibility (2023) – Studi tentang etika digital dan tanggung jawab sosial.
* Journal of Islamic Ethics (2022) – Analisis dampak konten positif dalam membangun amal jariyah di era digital.
* Social Media & Misinformation (2021) – Studi tentang dampak informasi palsu di media sosial terhadap konflik sosial.
Semoga artikel ini bermanfaat dan menginspirasi kita semua untuk lebih bijak dalam menggunakan teknologi digital demi meraih pahala abadi dan menghindari dosa yang tiada akhir.
Wallahu A’lam Bhisawab.
Fastabiqul khairat.
Aamiin Ya Rabbal Alamin.
———————-
Disusun dari berbagai sumber referensi, literatur maupun journal oleh:
Diding S Anwar