
Bawang Merah TTS
Jakarta – Direktur Bisnis Mikro BRI Supari mengungkapkan bahwa layanan keuangan yang dibutuhkan oleh para pelaku usaha mikro dalam layanan pembiayaan (kredit) sebagian besarnya atau lebih dari 31 persen adalah pelaku usaha mikro disektor pertanian.
Portofolio kredit mikro BRI pada akhir 2019 sebesar Rp 307,7 triliun. Selama 1 tahun lebih masa pandemi Covid-19, BRI berhasil mencatatkan pertumbuhan kredit mikro hampir 20 persen. Hal tersebut ditopang dari penyaluran kredit mikro sebesar Rp 339,1 triliun kepada 10,5 juta pelaku usaha mikro.
“Dari total penyaluran tersebut, sebesar Rp 161,6 triliun atau 47,5 persen disalurkan di sektor pertanian dengan 5 (lima) sub-sektor ekonomi prioritas. Selama 3 tahun terakhir, pembiayaan mikro BRI kepada sektor pertanian selalu mengalami peningkatan dan memberi kontribusi hampir 20 persen terhadap nasional”, ungkap Supari melalui siaran rilisnya (16/8) lalu.

Supari menyoroti bahwa dalam kondisi pandemi terdapat fenomena terjadinya perubahan postur pertumbuhan sektoral yang mana sebelumnya didominasi oleh sektor perdagangan bergeser ke sektor yang lain, terutama sektor pertanian. Bahwa sepanjang masa pandemi, sektor pertanian terbukti bertahan dan justru mengalami pertumbuhan yang signifikan.
“Perseroan memiliki komitmen untuk terus mendorong peningkatan produksi sektor pertanian melalui pembiayaan dan pemberdayaan kepada pelaku usaha di bidang pertanian,” lanjutnya.
Mengingat modal kerja merupakan salah satu unsur utama di sektor pertanian, upaya meningkatkan akses pembiayaan menjadi penting. Untuk itu, percepatan dan perluasan akses pembiayaan melalui ekosistem pertanian diharapkan dapat memitigasi risiko, baik secara individu maupun kelompok atau kita kenal dengan istilah klaster.
“Pola pendekatan kelompok/klaster terbukti mampu meningkatkan peran kelembagaan dengan nuansa kearifan lokal. Strategi pengembangan klaster binaan BRI sendiri diarahkan pada 3 hal yakni peningkatan produktivitas, peningkatan akses pasar dan peningkatan kualitas dan nilai tambah (value added)” tambahnya.
Pertama, peningkatan produktivitas, lebih dari 6.000 pemberdayaan berupa pelatihan serta bantuan sarana produksi untuk peningkatan kapasitas dan produktivitas.
Kedua, peningkatan akses pasar, melalui inovasi dan kolaborasi, selain menciptakan berbagai payment tools, BRI menggandeng berbagai mitra, mulai dari penyedia platform blockchain hingga yang berkecimpung dalam bidang e-commerce. Selain itu, kegiatan kurasi dan business matching (BRILIANPRENEUR) pun rutin dilakukan dalam rangka menjembatani pelaku UMKM mampu mengakses pasar Internasional. Tahun 2020 yang lalu, didapat 74 kontrak pembelian dengan total dealing amount sebesar US$ 57,5 juta.
Ketiga, peningkatan kualitas dan nilai tambah (value added) seluruh pelaku ekosistem bisnis yang terhubung dalam rantai nilai (perusahaan, petani, kelompok tani, pengumpul, pengolah, pedagang, pasar). Kegiatan pemberdayaan BRI tersebut, juga diarahkan kepada 8 klaster komoditas yang menjadi concern Kementerian BUMN RI.
Lanjut Supari, BRI konsisten mendukung peningkatan produksi komoditas unggulan melalui pemberdayaan klaster sejalan dengan Kementerian BUMN RI. Hal ini sebagai wujud nyata dukungan kepada Pemerintah untuk mewujudkan kemandirian dan ketahanan pangan nasional.
Untuk menciptakan sebuah ekosistem bisnis pertanian yang terintegrasi diperlukan kolaborasi dari berbagai pemegang kepentingan (stakeholders).
“Ekosistem ini sendiri memegang peranan penting dalam menjamin business process, dari hulu sampai ke hilir. Dalam menjamin berjalannya rantai bisnis tersebut, konsolidasi klaster melalui platform teknologi dapat membangun nilai tawar kepada para pelaku usaha untuk terlibat di dalamnya, dari penyedia teknologi budidaya pertanian, pemasaran yang terkoneksi dengan dengan off taker hingga produksi pasca panen dengan diversifikasi produk”, pungkas Supari.