
Jakarta – Semenjak Pemerintah menganjurkan physical distancing dengan mengumpulkan massa banyak diimbau tidak dilakukan termasuk salat Jumat untuk mencegah virus Corona. Banyak yang khawatir menjadi kafir karena tidak salat Jumat tiga kali berturut-turut.
Sekretaris Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Asrorun Niam Sholeh mengatakan pria muslim yang tidak melaksanakan salat Jumat tiga kali berturut-turut di kala pandemi virus corona (Covid-19) tak lantas digolongkan kafir jika muslim bersangkutan menggantinya dengan melaksanakan salat zuhur di rumah.
Asrorun Niam mengatakan sudah mengeluarkan fatwa mengganti salat Jumat dengan salat Zuhur di tengah Corona. Adapun jika tidak melaksanakan salat Jumat tiga kali karena malas memang dihukumi kafir.
Pria muslim yang tidak salat Jumat untuk menghindari wabah penyakit itu mengalami udzhur syar’i atau segala halangan sesuai kaidah syariat Islam yang menyebabkan seseorang boleh untuk tidak melakukan kewajiban atau boleh menggantikan kewajiban itu dengan kewajiban lain.
“Menurut pandangan para ulama fikih (ilmu hukum agama) udzhur syar’i untuk tidak salat Jumat antara lain karena sakit atau karena khawatir mendapatkan sakit. Nah, dalam kondisi ketika berkumpul dan berkerumun itu diduga kuat akan terkena wabah atau menularkan penyakit, maka itu menjadi udzhur untuk tidak Jumatan (salat Jumat),” demikian keterangan Asrorun
Sementara, pria muslim yang meninggalkan salat Jumat karena meremehkan atau mengingkari kewajiban Jumat tiga kali berturut-turut sebagaimana dinukil dari hadis sahih bisa dikategorikan kafir.
“Orang yang tidak salat Jumat karena ingkar akan kewajiban Jumat, maka dia dihukumi sebagai kafir,” kata Asrorun.
Jika malas tapi meyakini salat Jumat wajib maka dihukumi dosa besar. Namun, jika tidak melakukan salat Jumat karena uzur syar’i seperti adanya wabah maka diperbolehkan.
“Uzur syar’ri lainnya seperti adanya hujan deras yang dapat mengkhawatirkan keselamatan. Sedangkan saat ini, wabah virus Corona atau Covid-19 dianggap sangat berbahaya jika memaksakan salat Jumat karena mengumpulkan orang yang banyak,” tambah Asrorun Niam.
Oleh karena itu, kata dia, dapat disimpulkan bahwa kondisi wabah Covid-19 menjadikan udzhur bagi pria muslim untuk tidak Jumatan. Pasalnya, saat wabah itu ada yang sakit, ada yang khawatir akan sakitnya, khawatir menularkan penyakit ke orang lain, serta ada orang yang khawatir tertular penyakit dari orang lain.
“Selama masih ada udzur, maka masih tetap boleh tidak Jumatan. Dan baginya tidak dosa. Kewajibannya adalah mengganti dengan shalat zuhur,” kata Asrorun.
Hingga kini, wabah Covid-19 masih belum bisa dikendalikan dan diatasi. Potensi penularan dan penyebarannya masih tinggi. Dengan demikian, uzur syar’i yang menyebabkan tidak dilakaanakannya perkumpulan untuk ibadah seperti salat Jumat masih ada.
“Selama wabah Corona masih ada maka dianjurkan untuk salat di rumah. Kewajiban salat Jumat gugur bila diganti dengan salat zuhur,” tukasnya.